Oleh: Uswatun Hasanah, S.ST., S.KM., Bd., MH.Kes.
Administrator Kesehatan Ahli Madya RSUD Indramayu
Anxiety atau kecemasan merupakan kondisi psikologis yang ditandai oleh perasaan takut, khawatir, dan tegang yang berlebihan terhadap situasi yang dipersepsikan sebagai ancaman, baik nyata maupun imajiner.
Menurut American Psychiatric Association (2013), kecemasan merupakan respons emosional yang umum, namun dapat dikategorikan sebagai gangguan apabila intensitas dan durasinya tidak sesuai dengan situasi yang dihadapi serta mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari.
Dalam perspektif psikologi, anxiety berkaitan erat dengan proses kognitif individu, seperti pola pikir irasional, overestimasi ancaman, dan kesulitan dalam mengendalikan emosi (Beck & Clark, 1997).
Melihat dari sudut pandang kesehatan, anxiety tidak hanya berdampak pada kondisi mental, tetapi juga memengaruhi kesehatan fisik melalui aktivasi sistem saraf simpatik secara berlebihan.
BACA JUGA:Jelang Natal dan Tahun Baru, Kantor Kemenag Gelar Dialog Kerukunan Umat Beragama
Kondisi ini dapat memicu berbagai gejala fisiologis seperti peningkatan denyut jantung, gangguan tidur, gangguan pencernaan, serta ketegangan otot (Sadock, Sadock, & Ruiz, 2015).
Penelitian menunjukkan bahwa kecemasan kronis berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan penurunan sistem imun, sehingga penanganan anxiety menjadi bagian penting dalam upaya promotif dan preventif kesehatan (Taylor, 2014).
Dalam bidang pendidikan, anxiety sering muncul dalam bentuk kecemasan akademik dan kecemasan menghadapi ujian. Spielberger (1983) menjelaskan bahwa kecemasan akademik dapat memengaruhi performa belajar melalui gangguan konsentrasi dan penurunan kepercayaan diri.
Lingkungan pendidikan yang terlalu menekankan kompetisi dan pencapaian tanpa memperhatikan kesehatan mental peserta didik berpotensi meningkatkan tingkat anxiety.
BACA JUGA:Peresmian Tugu Titik 0 Kilometer, Pemekaran 'Indramayu Barat' Semakin Dekat Menuju Kenyataan
Oleh karena itu, pendekatan pendidikan yang berorientasi pada kesejahteraan psikologis dan dukungan emosional sangat diperlukan untuk menciptakan proses belajar yang efektif dan sehat.
Sementara itu, dalam konteks sosial, anxiety dapat memengaruhi kemampuan individu dalam menjalin hubungan interpersonal dan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat. Kecemasan sosial, misalnya, ditandai dengan ketakutan berlebihan terhadap penilaian negatif dari orang lain, yang dapat menyebabkan perilaku menarik diri dan isolasi sosial (Leary & Kowalski, 1995).
Faktor sosial seperti stigma terhadap gangguan kesehatan mental, tekanan budaya, serta tuntutan peran sosial yang tinggi turut berkontribusi terhadap meningkatnya prevalensi anxiety di masyarakat.