Kuota Impor Garam Naik, Petani Geram Harga Anjlok

Senin 27-01-2020,09:25 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

INDRAMAYU-Rencana pemerintah menaikkan kuota impor garam di tahun 2020 ini membuat petani garam rakyat di wilayah pesisir pantura Kabupaten Indramayu meradang. Mereka geram. Hasil panen garam yang melimpah sepanjang musim kemarau tahun 2019 lalu, tak terserap optimal. Tersimpan menumpuk di gudang. Harganya bahkan anjlok sampai ke titik terendah yakni Rp400 per kilogram (kg). “Padahal biasanya, memasuki penghujan seperti ini mestinya harga garam terkerek naik. Pernah tembus sampai Rp1.500 sekilo. Sekarang malah harganya hancur sampai Rp400 sekilo,” keluh Ali Mustadi, petani garam rakyat asal Kecamatan Losarang, Minggu (26/1). Ketua Koperasi Produksi Garam Santing Sari Mandiri Kecamatan Losarang ini meyakini, anjloknya harga gara-gara naiknya alokasi kuota impor garam yang direncanakan pemerintah pusat. Dari 2,75 juta ton di tahun 2019 menjadi 2,9 ton di tahun Tikus Logam ini. Kondisi ini membuat petani garam lokal resah di tengah jatuhnya harga garam karena stok yang melimpah sejak Agustus 2019 lalu. Ali Mustadi mengaku tak habis pikir kenapa pemerintah justru menaikkan kuota impor di saat stok garam lokal melimpah. Mestinya, lanjut Ali Mustadi, pemerintah melakukan verifikasi dan pendataan secara valid dilapangan. Pihaknya yakin, stok garam petani di Bumi Wiralodra masih menumpuk digudang bahkan sampai bercecer dipinggir jalan raya. “Untuk wilayah Losarang, ada sekitar 15 ribu ton garam yang masih tersimpan digudang. Saya pribadi masih numpuk 1000 ton. Gak bisa keluar, gak ada yang mau beli,” sebutnya dengan nada gregetan. Ali Mustadi menegaskan, petani garam lokal  tidak anti impor. Asalkan peredarannya hanya diperuntukan untuk industri serta kebutuhannya menyesuaikan. Sebab bukan rahasia umum, kuota garam impor terkadang melebihi kebutuhan ril serta peredarannya bocor sampai ke wilayah sentra garam. “Logikanya, garam impor itu untuk cadangan saja. Jika garam lokal habis sehingga harganya naik tidak wajar, baru dikeluarkan. Bukan dalam kondisi seperti ini. Baru rencana saja sudah bikin harga garam rakyat jatuh, apalagi kalau jadi,” katanya. Senada dilontarkan Darmin, petani garam rakyat di wilayah Kecamatan Kandanghaur. Saat ini hampir semua petani di desanya masih menunggu pembeli. Seiring dengan itu, mereka juga was-was. Pasalnya, bila garam terlalu lama disimpan harganya bakalan makin menukik turun. “Belum lagi rawan banjir. Garam kalau kena air ya cair lagi. Apes kita,” tandasnya. (kho)    

Tags :
Kategori :

Terkait