RADARINDRAMAYU.ID – Meski arus modernisasi terus mengalir deras, masyarakat Kecamatan Haurgeulis tetap teguh mempertahankan warisan budaya leluhur.
Lima tradisi khas, yakni Burok, Sisingaan, Sintren, Mapag Sri, dan Tari Topeng, hingga kini masih menjadi bagian penting dalam kehidupan warga, terutama saat momen-momen perayaan adat maupun kegiatan sosial.
Salah satu warga Haurgeulis, Roni (34), mengatakan bahwa tradisi ini bukan sekadar hiburan, melainkan juga simbol kebersamaan dan identitas daerah.
“Setiap kali kesenian ini ditampilkan, warga berkumpul, saling membantu, dan anak-anak jadi mengenal budaya sendiri. Itu yang membuat tradisi ini tetap hidup," kata Roni kepada Radar Indramayu, Sabtu 16 Agustus 2025.
BACA JUGA:Plot Twist! Ternyata Bukan Mauro Zijlstra tapi Miliano Jonathans Duluan yang Bakal Dinaturalisasi
Roni juga mengaku senang sebab antusiasnya para pemuda dalam melestarikan budaya tersebut.
“Kami senang ikut melestarikan. Anak-anak muda juga sudah mulai ikut terlibat, jadi tidak hilang dimakan zaman,” ujarnya.
5 Tradisi yang Masih Terus Dilestarikan di Haurgeulis
1. Burok
Dilansir dari beberapa sumber, burok adalah kesenian arak-arakan yang biasanya hadir dalam acara khitanan atau perayaan tertentu.
Pemainnya mengenakan kostum menyerupai kuda berhias warna-warni, dilengkapi tabuhan musik pengiring seperti kendang, terompet, dan gong.
BACA JUGA:SD Juara Wirautama Ukir Prestasi Gemilang di Ajang Kaina Scout Game Jawa Barat
Gerakan para pemain cenderung dinamis mengikuti irama musik, dengan sesekali melakukan tarian khas untuk menghibur penonton di sepanjang perjalanan arak-arakan.
2. Sisingaan
Sisingaan identik dengan dua atau empat orang pemanggul patung singa besar, yang dinaiki anak yang sedang dikhitan.
Musik pengiringnya biasanya terdiri dari kendang, gong dan angklung, mengiringi langkah pemanggul yang berirama.