"Selama kegiatan ini, peserta tidak hanya belajar di kelas, tetapi juga melakukan field trip ke lokasi-lokasi penting di kawasan pesisir," ungkap Fittrie.
BACA JUGA:Tabel Pinjaman KUR BRI 50 Juta Terbaru 2025 untuk Modal UMKM, Berapa Cicilannya?
Selain itu, kata Fittrie, mereka juga berkesempatan untuk melakukan cultural trip di Bandung dan sekitarnya untuk mengenal lebih dekat kebudayaan lokal.
Harapan dan Tujuan Jangka Panjang
Fittrie mengungkapkan bahwa harapannya adalah program ini dapat memberikan dampak yang positif tidak hanya bagi masyarakat lokal, tetapi juga untuk mengedukasi dunia internasional mengenai pentingnya keberlanjutan ekosistem mangrove.
“Peserta yang berasal dari berbagai negara ini akan membawa pulang pengetahuan yang mereka dapatkan di sini dan melakukan diseminasi kepada rekan-rekan di universitas masing-masing. Kami berharap pesan ini bisa sampai ke seluruh dunia, bahwa masalah keberlanjutan pesisir bukan hanya urusan Indonesia, tetapi tanggung jawab global,” kata dia.
Upaya Optimalisasi Pengelolaan Ekowisata Mangrove
Sementara itu, Donny Juliandri Prihadi, S.Pi., M.Sc., CPM., Ph.D, ahli ekowisata bahari dan dosen FPIK Unpad, memberikan harapan terkait peluang pengelolaan tempat ini sebagai ekowisata, yang lebih baik lagi di masa mendatang.
"Saya melakukan riset tentang ini (mangrove Karangsong) sejak 2016. Dari 2016 sudah bagus, 2018 bagus banget, sampai 2020 saya melakukan riset untuk studi S3 saya, dan di situ saya mendapatkan indeks kesesuaiannya itu sampai 83,7 persen," ujar Donny.
BACA JUGA:Pemprov Jabar Siap Ambil Alih RSUD MA Sentot, Indramayu Barat Siap Jadi Pusat Layanan Kesehatan Baru
Donny juga melihat lonjakan pengunjung yang luar biasa di rentang tahun tersebut. Hal ini memungkinkan Karangsong menjadi pilot project ekowisata mangrove di daerah-daerah lain.
"Saya juga melihat daya dukung wisatawan per hari itu 637 orang per hari. Jadi kalau lebih banyak, seperti weekend misalnya, ada seribu orang dalam satu hari, itu pasti lingkungannya bakal cepat rusak, karena maksimum itu hanya 630 orang," ungkapnya.
Donny Juliandri Prihadi, S.Pi., M.Sc., CPM., Ph.D, ahli ekowisata bahari dan dosen FPIK Unpad. -Burhannudin.-radarindramayu.id
Kata Donny, pengelolaan tempat ini harus berkelanjutan dan didukung berbagai pihak termasuk swasta.
"Perlu ada upaya kerja sama dengan pihak kementerian atau dinas terkait, bahkan pihak swasta juga, agar bisa sama-sama menjadikan Karangsong sebagai ekowisata mangrove dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya," ujar Donny penuh harap.