
RADARINDRAMAYU.ID - Di sepanjang pesisir utara Indramayu, aroma khas rempah yang berpadu dengan segarnya laut akan segera menggoda hidung siapa pun yang melintas, terutama di sekitar Desa Karangsong atau Tambak daerah yang selama ini dikenal sebagai “sarang” kuliner legendaris bernama Pindang Gombyang Manyung.
Sajian ini bukan sekadar masakan, tetapi potret kearifan lokal masyarakat pesisir dalam menyulap kepala ikan manyung bagian yang sering diabaikan ini menjadi semangkuk kelezatan yang menggoyang lidah.
Bagi masyarakat Indramayu, Pindang Gombyang bukan hanya makanan, tapi juga simbol ketangguhan dan kreativitas, lahir dari musim paceklik ketika hasil laut minim dan kepala ikan yang biasanya dibuang justru menjadi penyelamat di meja makan.
Cita rasanya pun bukan main: kuah gombyang yang melimpah berwarna kuning keemasan, kaya rempah, dan disajikan panas-panas dalam mangkuk yang membuat siapa pun tak tahan untuk segera mencicipi.
BACA JUGA:Perseteruan Keluarga Soal Tanah di Karangsong Masuki Sidang Kedua, Hakim Arahkan Mediasi
Tak heran, makanan yang dulu lahir dari keterbatasan ini kini menjadi buruan wisatawan dan kulinerwan yang penasaran dengan jejak rasa otentik khas pesisir Indramayu.
Meski berbahan dasar sederhana, yakni kepala ikan manyung, Pindang Gombyang Manyung menyimpan kompleksitas rasa yang luar biasa.
Nama “gombyang” sendiri merujuk pada cara penyajian ikan dalam kuah melimpah mirip sup, namun lebih kaya bumbu dan lebih menggoda selera.
Rempah-rempah seperti daun salam, lengkuas, kunyit, bawang merah, bawang putih, cabai rawit, dan serai berpadu dalam rebusan yang berlangsung selama dua jam, membuat kuahnya kental dengan aroma laut dan bumi.
Proses pembersihan kepala ikan yang cermat menjadi kunci utama agar hasil masakan tidak amis; lendir dan insang dibersihkan dengan seksama, lalu direbus dengan mengganti air beberapa kali untuk menyempurnakan rasa.
Sayangnya, seiring berkembangnya tren kuliner kekinian dan sulitnya memperoleh ikan manyung dalam jumlah besar secara rutin, keberadaan Pindang Gombyang Manyung mulai jarang ditemukan di luar desa asalnya.
Beberapa rumah makan di Karangsong dan Tambak masih setia menyajikannya, namun belum tentu setiap hari ikan manyung tersedia.
Inilah yang membuat Pindang Gombyang kini jadi “kuliner buruan” makanan yang harus dicari secara khusus, bukan sekadar dipesan di sembarang warung makan.
BACA JUGA:Tabel Angsuran KUR BRI 2025 Terbaru, UMKM Bisa Cicil Mulai Rp 19 Ribuan per Bulan!