Kasus Keracunan Meningkat, Orang Tua Waswas! BGN Siap Evaluasi Ketat Program Makan Gratis Bergizi!
Kasus Keracunan Meningkat, Orang Tua Waswas! BGN Siap Evaluasi Ketat Progran Makan Gratis Bergizi!-infobanknew.com-Radar Indramayu
RADARINDRAMAYU.ID – Program makan bergizi gratis (MBG) yang diinisiasi pemerintah sejatinya hadir untuk memberikan asupan gizi seimbang bagi anak-anak Indonesia.
Namun, sejumlah kasus keracunan yang muncul dalam beberapa waktu terakhir membuat perhatian publik tertuju pada pelaksanaan program tersebut.
Sehingga Badan Gizi Nasional (BGN) merasa perlu mengambil langkah tegas untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat.
Kepala BGN, Dadan Hindayana, mengakui bahwa setiap insiden yang menimpa penerima manfaat, khususnya anak-anak.
BACA JUGA:Kasus Keracunan Terulang? BGN Pasang Target Nol Kejadian Menu Bergizi Gratis
Tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik tetapi juga meninggalkan trauma psikologis, baik bagi anak itu sendiri maupun kekhawatiran yang mendalam dari para orang tua.
Menurutnya, kepercayaan publik adalah modal utama keberlanjutan program makan bergizi gratis.
Sehingga setiap kasus keracunan yang terjadi harus dipandang sebagai pelajaran serius yang menuntut evaluasi menyeluruh.
Baik dari segi pengawasan bahan baku, proses distribusi, hingga cara penyajian makanan. BGN pun menargetkan pencapaian yang sangat ambisius, yakni “nol kejadian” keracunan.
BACA JUGA:Bupati Indramayu Tinjau Lahan Demplot, Dorong Petani Muda Terapkan Pertanian Modern
Sebagai bukti komitmen penuh bahwa pemerintah tidak main-main dalam menjaga kualitas dan keamanan program yang ditujukan untuk masa depan generasi bangsa.
Meski demikian, Dadan juga mengungkapkan bahwa mayoritas anak-anak masih tetap bersemangat untuk menikmati makanan bergizi.
Hanya sebagian kecil yang merasa trauma, sebuah fakta yang diharapkan menjadi energi positif untuk memperbaiki sistem agar program ini benar-benar berjalan sesuai harapan.
Dalam keterangan persnya, Dadan menegaskan bahwa BGN sadar betul setiap kejadian keracunan bukan sekadar angka statistik, melainkan menyangkut nyawa dan kesehatan anak-anak, sehingga langkah preventif harus lebih diprioritaskan daripada sekadar upaya kuratif setelah kejadian terjadi.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

