Mereka tidak ingin membawa pasangannya ke dalam kondisi yang sulit secara ekonomi, sehingga lebih memilih menunda pernikahan hingga merasa lebih siap secara finansial dan mental.
Hal ini juga sejalan dengan perubahan pola pikir yang lebih rasional dalam membangun rumah tangga.
Selain itu, tekanan sosial untuk menikah lebih dini juga semakin berkurang, sehingga memberikan keleluasaan bagi generasi muda dalam menentukan waktu yang tepat untuk menikah.
Fenomena ini mencerminkan perubahan pola pikir dan prioritas hidup pemuda Indonesia yang kini lebih menitikberatkan pada stabilitas finansial dan kesiapan mental sebelum memasuki jenjang pernikahan.
Namun, di sisi lain, tren ini juga bisa menjadi tantangan bagi pertumbuhan populasi dan dinamika sosial di masa depan.
Dengan semakin berubahnya pola pernikahan di kalangan pemuda, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk memahami faktor-faktor yang mendorong pergeseran ini.
Langkah-langkah seperti kebijakan keluarga, keseimbangan antara karier dan kehidupan pribadi, serta dukungan bagi pasangan muda dalam membangun rumah tangga yang stabil bisa menjadi bagian dari solusi dalam menghadapi tren ini.