RADARINDRAMAYU.ID - Ada kenyataan menarik dari pelaku kawin kontrak di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Pelaku kawin berdurasi itu biasanya adalah janda yang sudah beberapa kali kawin cerai.
Apalagi ada anggapan sebagian orang jika kawin cerai itu hal yang biasa. Bahkan bila ada wanita yang sering kawin-cerai diangap wanita itu laku keras.
Fenomena inilah yang ditulis oleh Andy Gunardi. Dalam tulisannya yang berjudul “Tinjauan Etika Atas Kawin Kontrak”, Andy mengungkap persoalan kawin cerai di Kota Mangga itu.
BACA JUGA:Malaysia Sebut Indonesia Hoki Masuk Piala Asia 2025, Netizen Indo: Urus Naturalisasi Aja Gak Becus!
Dalam tulisan itu, juga diungkap data-data kawin-cerai yang terjadi di Indramayu. Jumlahnya sungguh sangat mencengangkan.
Mengutip dari pernyataan petinggi Pengadilan Agama setempat, jumlah perceraian dalam satu bulan di Indramayu sekitar 500 orang. Itu artinya, ada 6000 perempuan Indramayu yang menjadi janda dalam setahun.
Padahal biaya untuk mengurus surat percerain itu tidak murah. Rata-rata harus merogoh kocek antara Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu.
Tingginya angka peceraian itu, seperti yang diungkap Andy Gunardi, motifnya sebagian besar dilatarbelakangi faktor ekonomi. Walau ada sebagian ada motif lain. Tapi relatif sangat kecil.
BACA JUGA:Sah Jadi WNI, Mees Hilgers Termasuk Pemain Bek Tengah Termahal di Asia, Capai Rp 121 M!
Dalam tulisan tersebut juga diungkap pandangan masyarakat terhadap tingginya proses percerain dan kasus kawin-cerai.
Dalam mengungkap pandangan tersebut, penulis mewawancarai beberapa perempuan Indramayu pelaku kawin-cerai. Di antaranya Sartinah, Dartini, Darten, Titi dan Suminah.
Apa kata mereka? “Kalau sering kawin-cerai berarti kita laku,” begitu ungkapan salah satu dari mereka. Ungkapan tersebut juga didukung para pelaku kawin-cerai yang lainnya.
Para pelaku kawin-cerai inilah yang juga paling banyak menjalani kawin kontrak. Bagi warga Indramayu, kawin kontrak itu mereka menyebutnya dengan kawin simpan.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Indramayu: Akulturasi Budaya Lewat Sungai Cimanuk