Vihara Dharma Rahayu, Simbol Toleransi dan Saksi Bisu Perjalanan Sejarah Indramayu

Selasa 01-10-2024,15:35 WIB
Reporter : Burhannudin
Editor : Leni indarti hasyim

RADARINDRAMAYU.ID – Di jantung kota Indramayu, berdiri kokoh sebuah bangunan bersejarah yang telah menyaksikan pergantian zaman.

Vihara Dharma Rahayu, vihara tertua di Indramayu, menjadi simbol toleransi umat beragama, sekaligus menjadi saksi bisu perjalanan panjang kota yang dikenal sebagai lumbung padi Jawa Barat ini.

Menurut seorang pengurus Vihara bernama Suryana, Viraha yang dibangun pada tahun 1848 oleh Poey Soen Kam, awalnya bernama Klenteng An Tjeng Bio.

Lokasinya yang strategis di tepi Sungai Cimanuk, tepatnya di Jalan Veteran Kelurahan Lemahmekar Kecamatan/Kabupaten Indramayu, membuatnya menjadi pusat kegiatan keagamaan bagi umat Konghucu di Bumi Wiralodra.

BACA JUGA:Pribumi yang Jadi Bintang Dibina oleh Indra Sjafri, 3 Pemain Ini Justru Tidak Dilirik oleh Shin Tae-yong

"Pada tahun 1880, Vihara ini berganti nama menjadi Vihara Dharma Rahayu," ujar Suryana, saat ditemui Radar Indramayu di sekitar Vihara, Selasa, 1 Oktober 2024.

Meskipun usianya sudah sangat tua, seluruh bangunan Vihara masih terjaga dengan baik. Arsitektur khas Tionghoa yang kental terasa begitu memasuki kompleks Vihara.

Ornamen-ornamen indah dan patung-patung Dewa menghiasi setiap sudut ruangan. Keaslian bangunan ini menjadikannya salah satu destinasi wisata sejarah yang menarik di Indramayu.

Selain menjadi tempat ibadah, menurut Suryana, Vihara Dharma Rahayu juga memiliki peran penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indramayu. Selama bertahun-tahun, Vihara ini menjadi tempat berkumpulnya berbagai etnis dan agama.

BACA JUGA:Indramayu, Miliki Kekayaan Alam yang Luar Bisa Tapi Jadi Daerah Termiskin di Jawa Barat, Apa Penyebabnya?

"Ini gak bohong, ya, toleransi dan kerukunan umat beragama di Indramayu terjalin erat salah satunya berkat keberadaan Vihara ini. Dulu ada angkat besi di sini (gym/kebugaran), banyak yang datang dari berbagai latar belakang agama, kita semua guyub rukun," ungkapnya.

Seiring berjalannya waktu, jumlah umat yang aktif beribadah di Vihara Dharma Rahayu mengalami penurunan. Hal ini tidak terlepas dari urbanisasi dan perubahan gaya hidup masyarakat.

"Sekarang para orang tuanya sudah meninggal, dan anak-anaknya sudah pada keluar (tidak menetap di Indramayu), sehingga jumlah jamaahnya mengalami penurunan," ucap Suryana.

Meskipun demikian, pengurus Vihara terus berupaya melestarikan nilai-nilai sejarah, dan budaya yang terkandung di dalamnya.

BACA JUGA:Selesai Naturalisasi ,PSSI Langsung Kebut Proses Perpindahan Federasi Mees Hilgers dan Eliano Reijnders

Vihara Dharma Rahayu bukan hanya sekadar bangunan tua. Ia adalah simbol keberagaman dan toleransi yang telah tertanam kuat di masyarakat Indramayu.

Sebagai warisan budaya yang tak ternilai, Suryana berpesan, keberadaan vihara ini perlu terus dijaga dan dilestarikan untuk generasi mendatang.

"Saya senang ada yang ngajak ngobrol seperti ini, tujuanya agar tetap lestari dan dikenal," pungkasnya.

Kategori :