RADARINDRAMAYU.ID - Hari jadi Kabupaten Indramayu diperingati setiap tanggal 7 Oktober. Penetapan tanggal ini bukan tanpa alasan, melainkan memiliki makna yang harus diketahui oleh setiap "Wong Reang" (sebutan untuk masyarakat Indramayu) di manapun berada, sebagai bentuk kecintaan terhadap daerahnya sendiri.
Dalam kesempatan menggali sejarah seputar penetapan hari jadi, Radar Indramayu menemui seorang narasumber yang terbilang ahli di bidang Sejarah. Ia bernama Supali Kasim (59). Menurut pria yang akrab disapa "Kang Supali," asal-usul penetapan hari jadi bermula pada suatu seminar di tahun 1976.
Dalam seminar yang diadakan oleh Tim Peneliti Sejarah Indramayu selama dua hari, terdapat 4 (empat) pembicara menyampaikan argumentasi yang berbeda-beda.
"Hari pertama (seminar) bertempat di ruang sidang DPRD Indramayu (dulu berada di komplek Pendopo Kabupaten Indramayu), dipimpin Moh. Kaya Nataprawira (ketua Tim Peneliti) dengan moderator Sujaya. Pembicara pertama, Suwardi. Ia berpendapat hari jadi Indramayu jatuh pada tahun 1830 M."
"Pendapatnya banyak disanggah peserta. Urip Sucipto (peserta seminar/siswa SMA/pemuda Desa Sindang Indramayu) menyanggah dengan sanggahan yang sederhana, yakni jika Wiralodra mendirikan Indramayu tahun 1830, kemudian sekarang (tahun 1976) sudah ada keturunan Wiralodra ke-14 (Rd. Sumarta), berarti Indramayu sudah berusia 146 tahun."
Selama kurun waktu 146 tahun, ternyata ada keturunan Wiralodra ke-14. Mana mungkin sudah ada 14 generasi, yang rata-rata tiap generasi berselang 10 tahun? Pendapat Suwardi akhirnya dianggap gugur," ungkap Kang Supali, saat ditemui di Museum Bandar Cimanuk Indramayu, Jumat, 27 September 2024.
Setelah pendapat Suwardi (pembicara pertama) dianggap gugur, kemudian giliran Rd. Sumarta K.S yang akan maju sebagai pembicara kedua. Namun, kata Kang Supali, keturunan Wiralodra ke-14 itu tidak bisa hadir dalam seminar.
"Pembicara kedua pada hari yang sama adalah Rd. Sumarta K.S. Akan tetapi, beliau tak hadir karena kesibukannya. Bahkan ia mengirimkan surat, yang isinya; makalah dia ditarik kembali," katanya.
Seminar berlanjut di hari kedua yang diselenggarakan di Gedung Panti Budaya, hal itu disebabkan Gedung DPRD Indramayu sedang direnovasi. Urip Sucipto bertindak sebagai pembicara ketiga.
Menurut Urip dikutip dari Kang Supali, harus ada kesepakatan terlebih dahulu tentang awal berdirinya Indramayu, yakni sejak Pedukuhan Cimanuk berganti nama menjadi Dharma Ayu, yang merupakan pesan dari Nyi Endang Dharma Ayu kepada Wiralodra sebelum meninggal.
"Pendapat tersebut dibantah seorang peserta, Muharam, B.A., seorang guru sejarah di SMA Indramayu (sekarang SMAN 1 Sindang), yang juga guru Urip Sucipto saat itu. Kata Muharam, suatu daerah yang ingin melepaskan diri dari daerah induknya tidak harus menunggu daerah induknya itu runtuh. Bisa saja daerah induk itu masih kokoh berdiri."
"Menghadapi pendapat gurunya itu, Urip Sucipto merasa tidak enak kalau 'ngotot' mempertahankan argumentasi, misalnya ia akan balik bertanya daerah mana saja contohnya. Ia khawatir gurunya tak bisa menjawab. Apalagi pendapat Urip juga hanya berdasarkan asumsi, bukan fakta. Akhirnya pendapat Urip pun dianggap kurang kuat," jelas Kang Supali.
Pembicara terakhir, H.A. Dasuki berkesimpulan hari jadi Indramayu jatuh pada tahun 1527. Berbagai sanggahan mengemuka, yang kemudian dijawab H.Α. Dasuki. Pertanyaan Urip, referensi tahun itu dari mana, dijawab H.A. Dasuki, dari Babad Dermayu.