Pada zaman yang sama, muncul gerakan puritan Islam di Arab Saudi. Gerakan ini pada intinya ingin mengembalikan agama Islam semurni-murninya atau puritan. Salah satu ciri geraka puritan ini adalah menolak keras bid'ah.
Ajaran atau gerakan puritan anti-bid’ah ini digagas oleh Muhammad ibn Abd al-Wahhab. Gerakan ini sekarang sering disebut oleh orang banyak sebagai Wahhabi-Salafi.
Karena pandangan puritan Muhammad ibn Abd al-Wahhab yang membid'ahkan tersebut, dia pun sering berkonflik dengan kaum sufi dan orang-orang Islam sezamannya. Dia pun sering diusir di sana sini karena sering mengafirkan gerakan umat Islam yang lainnya.
Hal itulah yang membuat Ibn Abd al-Wahhab hidup berpindah-pindah. Ketika berada di Dir'iyyah, dia bertemu al-Saud, penguasa setempat. Ternyata kedua tokoh ini memiliki kesamaan pandangan. Mereka pun membuat perjanjian penting.
Yang terpenting dari isi perjanjian itu adalah bahwa dinasti al-Saud akan berkomitmen "membersihkan" semenanjung Arab dari elemen-elemen "bid'ah". Sebagai imbal baliknya, ibn al-Wahhab akan mendukung kepemimpinan Saudi. Perjanjian Dir'iyyah ini ditandatangani pada tahun 1744.
Untuk memuluskan rencana menguasai seluruh jazirah Arab dan membebaskan tanah itu dari "bid'ah", ada kendala besar yang menghadang. Yakni Turki Usmani.
Karena itu Dinasti Saud harus mengalahkan lawan yang utamanya, Turki Usmani. Mereka kemudian melancarkan serangan ke Usmani. Puncaknya Dinasti Saud bisa menguasai kota suci Mekah dan Madinah pada tahun 1804 dan 1806.
Jatuhnya Mekah dan Madinah ke tangan Saud, membuat Sultan Usmani marah. Dia pun mengirim ekspedisi untuk menumpas Saudi.
BACA JUGA:Resmi! Timnas Indonesia U-20 Batal Berkandang di Stadion GBK Untuk Kualifikasi Piala Asia
Di pimpin oleh Ibrahim Pasha, pasukan Turki Usmani, kembali bisa menguasai Mekah dan Madinah pada tahun 1813.
Tak sampai di situ, pasukan Ibrahim segera meggempur kota Diriyyah, markas besar Dinasti Saud.
Setelah menguasai kota Diriyyah, Ibrahim Pasha pun memburu al-Saud. Ketika itu emirnya dijabat oleh Abdullah bin Saud. Dia pun berhasil ditangkap dan dibawa ke Konstantinopel.
Emir Abdulllah Saud, didakwa telah menistakan kota suci Mekah dan Madinah. Juga telah menggusur sejumlah makam sahabat Nabi. Karena perbuatannya itu, Sang Emir dijatuhi vonis mati.
BACA JUGA:Ranking FIFA Negara Asia Tenggara: Thailand Teratas, Indonesia Langkahi Malaysia
Ada peristiwa aneh dan unik sebelum sang penista dieksekusi di alun-alun Hagia Sophia. Abdullah bin Saud dipaksa mendengarkan suara musik kecapi Turki.