Manisnya Hidup Kita yang Tentukan

Kamis 22-02-2024,13:00 WIB
Editor : Leni indarti hasyim
Manisnya Hidup Kita yang Tentukan

BACA JUGA:KH Syaerozi Bilal Lepas 40 Jamaah Umrah Bulan Syaban

Namun, apakah hal ini sama sekali tidak dapat dicegah? Tentu saja bisa. Pola makan kurang gula dan lemak terbukti menurunkan kejadian penyakit ini pada orang-orang dengan garis keturunan diabetes. Semakin muda usia penerapan pola hidup sehat maka akan semakin tinggi efek proteksi tubuh terhadap penyakit ini.

Beberapa penelitian seperti yang dilakukan di tahun 2020 menunjukkan bahwa risiko perempuan terkena diabetes sangat erat dengan usia. Bila terkena penyakit ini di atas umur 40 tahun biasanya komplikasi yang akan terjadi di kemudian hari tidak seburuk dibandingkan bila munculnya penyakit ini di usia yang lebih muda.

Terjadinya penyakit ini akibat umur diketahui akibat adanya proses penuaan serta kualitas fungsi organ dan hormonal. Perempuan dianggap lebih berisiko karena pola konsumsi yang cenderung lebih menyukai makanan atau minuman manis, serta olahan tepung walau sejatinya rasio perbandingan antara penderita diabetes perempuan dan laki-laki tidak jauh berbeda.

Konsumsi karbohidrat, protein dan lemak sejatinya akan disimpan oleh tubuh dalam sel otot untuk digunakan sebagai energi saat tubuh memerlukannya. Namun, apabila dikonsumsi secara berlebihan maka akan terjadi penumpukan dalam tubuh yang akan menyebabkan terjadinya obesitas. Obesitas tidak hanya menjadi isu terkini di Indonesia, namun juga secara global.

BACA JUGA:KH Syaerozi Bilal Lepas 40 Jamaah Umrah Bulan Syaban

WHO telah menjadikan obesitas sebagai faktor risiko banyak penyakit tentu saja salah satunya ialah diabetes. International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan data sekitar 81% orang dewasa dengan diabetes tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. IDF memprediksi jumlah penderita diabetes meningkat menjadi 643 juta pada 2030 dan 784 juta pada 2045.

Penyakit itu juga bertanggung jawab atas 6,7 juta kematian sepanjang 2021. Untuk mengatasi penyakit itu, dunia setidaknya telah menghabiskan anggaran kesehatan sebesar US$966 miliar, atau sekitar Rp13,5 ribu triliun, meningkat 316% selama 15 tahun terakhir. Jumlah itu hampir setara dengan PDB Indonesia pada 2016 lalu yang mencapai US$931 miliar.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 juga menunjukkan prevalensi Diabetes mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, dari 6,9% menjadi 8,5%. Prevalensi yang terus meningkat semakin dicerminkan dengan posisi jumlah penderita diabetes tipe 1 di RI yang mencapai 41.817 orang pada 2022.

Jumlah ini membuat Indonesia berada di posisi teratas dibandingkan negara-negara anggota ASEAN. Menurut Data dari Institute for Health Metrics and Evaluation menyebutkan Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia pada 2019 yaitu sekitar 57,42 kematian per 100.000 penduduk.

BACA JUGA:Amanda Ingin Terapkan Pengelolahan Sampah Sanur Kauh di Jabar

Mayoritas penderita diabetes tipe 1 di Indonesia berusia antara 20-59 tahun, sebanyak 26.781 orang. Sisanya, penderita berusia di bawah 20 tahun sebanyak 13.311 orang dan penderita berusia 60 tahun ke atas sebanyak 1.721 orang.

Tanpa mengabaikan hal lainnya, dari berbagai keluhan tersebut, ternyata kadar gula dan tekanan darah yang tinggi yang paling berbahaya. Menurut data Kementerian Kesehatan, diabetes (penyakit yang disebabkan kadar gula darah tinggi) menjadi penyebab kematian tertinggi nomor tiga di Indonesia setelah strok dan jantung.

Menurut data International Diabetes Federation (IDF) yang dikeluarkan tahun ini, sebanyak 537 juta orang dewasa (20-79 tahun) saat ini hidup dengan diabetes. Nah, itu artinya, mereka yang umurnya masih di bawah gocap (50) jangan senang dulu karena Anda pun berisiko.

LANGKAH SEHAT MENCEGAH DIABETES
Sejarawan Yuval Noah Harari, pernah menulis bahwa di abad ini bukan perang atau terorisme yang mesti ditakuti, melainkan penyakit semacam ini yang mesti diwaspadai.
Menurut konsensus Perhimpunan Endoktrinologi Indonesia (PERKENI), pilar pengendalian DM meliputi latihan jasmani, terapi gizi medis, intervensi farmakologis, dan edukasi. Keberhasilan proses kontrol terhadap penyakit DM salah satunya ditentukan oleh kepatuhan pasien dalam mengelola pola makan atau diet sehari-hari.

BACA JUGA:Heboh Test Drive Mobil JIMNY 5-DOOR dan HYBRID SUZUKI di IIMS 2024 Berhadiah Logam Mulia

Kategori :