“Kalau tahun sebelumnya jamaah cukup tidur beralasan tikar saja, maka sekarang dimanjakan dengan fasilitas layaknya haji plus,” kata Ahmad Yani, salah satu petugas Daker Makkah.
BACA JUGA:Heboh Lagi, Yusuf Mansur Mau Beli Real Madrid Ini Penjelasannya...
ROMPI PENURUN SUHU
Sementara itu, saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina mulai 8 Juli mendatang, diperkirakan terjadi panas ekstrem. Suhu bahkan bisa mencapai di atas 50 derajat celcius. Pada kondisi itu, biasanya terjadi kasus heat stroke.
Karena itu, Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan pada penyelenggaraan ibadah haji tahun ini menciptakan rompi penurun suhu. Sekilas, rompi hitam berbahan parasut tebal itu tidak beda dengan rompi pada umumnya. Dilengkapi penutup di bagian kepala. Bedanya, di bagian dalam rompi itu ada banyak kantong atau slot.
Sedikitnya ada 12 kantong atau slot di bagian dalam rompi itu. Masing-masing tiga di bagian dalam sisi depan kanan dan kiri. Lalu, enam slot di bagian dalam sisi punggung. Di kantong-kantong itu nantinya akan diletakkan sejumlah carbon cool.
Rompi itulah untuk mengantisipasi panas ekstrem dan biasanya terjadi kasus heat stroke. Heat stroke adalah kondisi paling berat pada tubuh akibat cuaca panas karena tubuh tidak dapat mengontrol suhu badan. Suhu badan meningkat dengan cepat hingga 41 derajat celcius dalam 10 sampai 15 menit dan tubuh sudah tidak dapat mengeluarkan keringat.
Heat stroke dapat memperberat kondisi orang yang sedang sakit. “Bahan waterproof supaya udara dingin bisa terperangkap di tubuh dalam jaket. Dingin tidak keluar,” terang Suzy Indharty, salah satu dokter spesialis bedah saraf di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (Makkah). “Rompinya customized. Tapi, di dalamnya ada techno (carbon) cool yang dislot sesuai kebutuhan,” tambah dia.
BACA JUGA:Harga Cabe Merah Semakin “Pedas Menyengat”
Dengan teknologi carbon cool, daya tahan rompi untuk menurunkan suhu tubuh pemakainya bisa berlangsung lama. “Bisa bertahan 8-12 jam, jauh lebih lama dibanding dengan penggunaan es atau ice gel, tidak cepat mencair dan tidak basah,” jelas Suzy.
Suzy yang juga tim peneliti rompi penurun suhu tersebut menuturkan, pasien yang menggunakan rompi tersebut akan dilengkapi dengan decker. Tujuannya, meredam saraf-saraf sensorik di bagian tubuh yang tersengat matahari seperti bagian lengan, paha, dan betis. “Dalam keadaan emergency, teknologi carbon cool bisa langsung ditempelkan di tubuh pasien,” katanya.
Suhu tubuh akan diukur secara terus-menerus dan akan dihentikan setelah suhu pasien turun mencapai 38 derajat. “Kemudian diberikan terapi standar lainnya,” ujarnya.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana menjelaskan, pihaknya menyiapkan 30 rompi untuk penanganan heat stroke saat pelaksanaan ibadah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. “Karena di sanalah diperkirakan banyak jamaah akan kelelahan dengan suhu yang sangat panas,” katanya. (dun)
BACA JUGA:Pelayanan SIM Keliling Hari Ini di Polsek Kandanghaur. Cek Persyaratan yang Harus Dibawa