Kran Ekspor Ditutup, Harga Rajungan Anjlok

Selasa 31-05-2022,13:00 WIB
Reporter : Kholil Ibrahim
Editor : Leni indarti hasyim

Radarindramayu, PATROL-Nelayan di pesisir pantai utara Desa Sukahaji dan Bugel, Kecamatan Patrol lagi gundah gulana. Pasalnya, harga rajungan terus merosot.

Sempat bertengger di harga Rp100-105 ribu per kilogram pasca lebaran lalu. Kini di akhir bulan Mei ini, harganya kian anjlok menjadi Rp50 ribu per kilogram.

“Turun bertahap. Tadinya 80 ribu, lalu 70 ribu sekarang lima puluh ribu sekilo. Kemungkinan harganya terus menurun,” kata Ketua TPI Sukahaji, Kecamatan Patrol, H Thamrin kepada Radar Indramayu, Senin (30/5).

Anjloknya harga rajungan, jelasnya, bukan lantaran stoknya lagi melimpah. Sebab, hasil tangkapan rajungan para nelayan masih terbilang normal. Tetapi gegara kran ekspor ditutup.

BACA JUGA:Geng Motor Berubah Jadi Ormas, Kapolres Cirebon Kota Menginginkan Hal Ini

Akhirnya kondisi itu berimbas kepada harga rajungan ditingkat nelayan. “Rajungan kebanyakan diekspor. Kalau ekspornya berhenti, ya harganya turun,” tuturnya.

Biasanya, rajungan hasil tangkapan nelayan di dua desa bertetangga itu ditampung oleh agen untuk kemudian diekspor ke pasar luar negeri seperti China, Amerika dan beberapa negara di Eropa.

Dari informasi yang diterimanya, China dan Amerika menjadi negara penyerap berbagai komoditas seafood terbesar dari Indonesia yang bersaing dengan India, Vietnam dan Australia.

BACA JUGA:Warga Minta Ganti Rugi, Tembok Rumah Ambruk Akibat Pergerakan Tanah Meluas

Thamrin belum mengetahui penyebab pengiriman rajungan ke luar negeri dihentikan sementara. “Belum tahu apa penyebabnya. Kalau dari PT nya sih, ekspor ditutup. Stok banyak, gak bisa terima barang lagi. Bukan pemerintah yang menutup kran ekspor, tapi katanya pihak dari luar negerinya yang tidak mau terima lagi,” ungkapnya.

Seingatnya, bukan kali ini saja kasus penghentian ekspor rajungan terjadi. Sudah beberapa kali terjadi sejak tahun 2016 lalu kemudian di tahun 2020 saat mewabahnya Covid-19.

Thamrin menambahkan, kondisi ini membuat para nelayan kelimpungan. Ada yang tetap bertahan mencari rajungan walau harga jualnya murah. Tapi ada pula yang mulai mengganti alat tangkap.

Persoalannya, untuk mengganti alat tangkap membutuhkan biaya cukup besar mencapai Rp10 juta. “Hampir dua kali lipatnya, kalau jaring rajungan kan paling Rp5 juta,” tandasnya. (kho)

BACA JUGA:Komitmen Bantu Kebutuhan Darah Pasien

Kategori :