Yang hadir dilarang bertepuk tangan, bersorak atau pun menjerit. Yang dimaksud dengan "menjerit" adalah berteriak. Jalannya debat seperti biasa di Indonesia atau di Amerika. Babak pertama tentang Sapura. Babak kedua soal masa depan negara.
BACA JUGA:Begini Tips Produktif tapi tetap Healing
Najib sempat menghunjamkan serangan ke Anwar. Yakni mengenai audit forensik itu. Najib mempersoalkan kerugian negara di masa lalu. Yang amat besar. Antara tahun 1987 sampai 1992. Sebesar USD 30 miliar. "Kalau dikurskan sekarang bernilai RM 150 miliar," ujar Najib. Ia pun menohok Anwar: mengapa soal itu tidak pernah dilakukan audit forensik? Dan tidak satu pun ada yang jadi tersangka?
Anwar enteng saja menjawab. "Pemerintahan sekarang kan pemerintahan UMNO. Buka saja semua," ujar Anwar. Ia tidak sedikit pun keberatan. Yang ia tidak bisa menerima adalah kalau kekuasaan dipakai untuk menjatuhkan lawan politik.
Anwar kelihatannya memang jauh panggang dari api. Skandal itu memang dramatis. Bank Negara Malaysia (BNM) mengalami kerugian sepertiga dari cadangan devisa negara. BNM adalah bank sentral. Ibarat Bank Indonesia di negara kita.
Anwar juga sempat menohok Najib. Ekonomi Malaysia begitu buruk selama pemerintahan Najib. Kalah dengan Indonesia dan Vietnam. "Apanya lagi yang Malaysia menang. Tidak ada lagi," ujar Anwar.
Pada tahun-tahun itu, George Soros lagi sangat aktif memainkan valuta asing. Di seluruh dunia. Ahli keuangan yang juga spekulan hebat itu ingin "menghajar" keuangan negara tertentu.
BACA JUGA:Tuai Hasil Transformasi, Kinerja BRI Group Cemerlang
Soros pun memainkan pasar uang dunia. Gubernur BNM terbawa permainan Soros. BNM ikut melayani permainan itu. Alasannya: demi stabilitas mata uang Ringgit.
Dalam tiga-empat tahun, kerugian valuta yang dialami BNM begitu besar. Tidak ada yang tahu. Sengaja ditutupi. Demi stabilitas mata uang negara. Itu dijamin oleh UU Keamanan Nasional Malaysia.
Anwar sendiri pernah mengaku: ia baru tahu di tahun 1993. Ketika ia berada di Eropa. Di sana ia mendengar kejadian itu. Tak lama kemudian barulah heboh di dalam negeri. Yakni ketika Ketua Umum Partai Aksi Demokrasi (DAP), mendiang Lim Kit Siang, mengungkapkannya ke publik.
Lewat buku yang ia terbitkan. Waktu itu Lim jadi "musuh" penguasa. Partainya tidak bisa ikut pemilu. Partai Tionghoa yang besar adalah yang pro UMNO: MCA. Kini partai DAP justru menjadi rumah hampir semua orang Tionghoa di Malaysia. DAP mendapat 40 kursi di DPR. Sedang MCA tidak satu pun dapat kursi.
DAP sendiri kini berkoalisi dengan Partai Keadilan Rakyat pimpinan Anwar Ibrahim. Waktu skandal itu terjadi Anwar sudah menjabat Wakil Perdana Menteri. Wakilnya Mahathir Mohamad. Tapi belum merangkap menteri keuangan. Menkeunya masih dijabat oleh Tun Daim Zainuddin.
Maka tohokan Najib di debat itu terasa seperti meninju angin. Tapi tetap saja Najib lega: bisa mengemukakan itu. Maksudnya: mengapa kali ini kerugian negara didakwakan padanya.
Mantan Perdana Menteri Mahathir Mohamad pernah memberi penjelasan soal ini. "Kasus itu, dengan kasus Najib, berbeda jauh," ujarnya suatu ketika.
"Kerugian negara waktu itu benar-benar kerugian. Sedang kerugian negara di zaman Najib uangnya masuk ke rekening pribadi Najib," katanya. Telak sekali.
Dari pengungkapan skandal itu setidaknya kita ingat: mengapa Mahathir sangat benci Soros, benci Amerika, dan benci IMF. Malaysia merasa pernah dikerjai Soros begitu hebat. Soros memperoleh keuntungan sampai USD 1 miliar. Dalam sekali permainan.
Soros masih terus aktif di tahun-tahun berikutnya. Ia akan menjatuhkan mata uang Hongkong dan Malaysia lagi. Lewat Thailand dan seluruh negara Asia Tenggara. Indonesia terbawa permainan itu. Terjadilah krisis moneter yang berat di tahun 1998. Yang menyebabkan Presiden Soeharto sampai jatuh dari kekuasaan absolutnya selama 32 tahun.
Tahun itu Mahathir membalas dendam ke Soros. Ia tetapkan Ringgit Malaysia sebagai mata uang dengan kurs tetap. Pak Harto juga pernah tergiur dengan konsep itu. Tapi ragu-ragu. Lalu pilih IMF. Lalu kian hancur. Ia pun mundur. Orde Baru berakhir.
Soros juga gagal di Hongkong. Tiongkok langsung menyelamatkan Hong Kong. Saya tidak mengikuti langsung debat itu. Saya sudah kembali ke Singapura. Ada yang lebih penting dari debat itu. (dahlan iskan)
BACA JUGA:Begini Tips Produktif tapi tetap Healing