Menapak Jejak dan Menyemai Kearifan Budaya Lokal Melalui TAPAK LELEA

Menapak Jejak dan Menyemai Kearifan Budaya Lokal Melalui TAPAK LELEA

NAPAK JEJAK: PT Pertamina EP Zona 7 Jatibarang Field bersama Disbudpar Kabupaten Indramayu, Dispara Kabupaten Indramayu, Budayawan, serta para wartawan seusai FGD TAPAK LELEA, beberapa waktu lalu.-Anang Syahroni-radarindramayu

INDRAMAYU,RADARINDRAMAYU.ID  — Ada suasana hangat yang terasa sejak pagi ketika para tokoh budaya, pemerintah daerah, akademisi, hingga para penjaga tradisi Ngarot berkumpul untuk satu tujuan bersama: menjaga agar budaya Lelea tetap hidup dan relevan bagi generasi mendatang. Mereka hadir dalam Focus Group Discussion (FGD) Bedah Buku Budaya Lelea di Indramayu, beberapa waktu lalu.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Tradisi Adat Pelestari Kearifan Lelea (TAPAK LELEA), yang diinisiasi PT Pertamina EP Zona 7 Jatibarang Field untuk memastikan warisan budaya lokal terus dirawat dengan baik.

FGD yang diikuti oleh 30 peserta dari berbagai unsur penting budaya dan pemerintahan Budayawan Indramayu, Pengurus Desa Adat Lelea, Lembaga Adat Indramayu, Tim Ahli Cagar Budaya, guru sejarah, Nang Nok Indramayu, serta rekan-rekan media.

Kehadiran mereka menjadikan diskusi kaya perspektif, dan sarat refleksi tentang perjalanan panjang adat Ngarot tradisi yang tak hanya menjadi ritual tahunan, tetapi identitas yang membentuk jati diri masyarakat Lelea.

BACA JUGA:BRI Perkuat Literasi Keuangan Anak Lewat Tabungan dan Program Pendidikan

Head of Communication, Relations & CID-CSR Pertamina EP Zona 7 Wazirul Luthfi mengajak seluruh peserta melihat buku ini bukan hanya sebagai dokumen, tetapi sebagai ruang untuk merawat jejak sejarah.

“Buku Budaya Lelea adalah usaha kita bersama untuk menjaga cerita agar tidak hilang ditelan waktu. Pertamina EP ingin memastikan bahwa generasi muda dapat membaca kembali jejak kearifan lokal dan bangga pada warisan budaya yang mereka miliki,” ungkap Wazirul.

Buku tersebut tengah disusun sebagai dokumentasi komprehensif mengenai sejarah, ritus adat, bahasa, hingga nilai sosial masyarakat Lelea sebagai pusat tradisi Ngarot. FGD menjadi tahap penting dalam memastikan setiap detail, baik fakta maupun visual, disajikan dengan tepat dan hormat.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Indramayu, Caridin, menegaskan peran penting buku ini sebagai rujukan muatan lokal di sekolah.

BACA JUGA:Hadir Dengan Warna Baru, Yamaha MX-King 150 'The King of Street' Tampil Semakin Berani

“Ngarot adalah identitas. Dokumentasi yang baik akan menjadi sumber belajar yang relevan dan membanggakan,” ujarnya.

Sementara itu, Imam Mahdi, mewakili Dinas Pariwisata dan Pemuda Olahraga, menyoroti nilai ekonomi budaya melalui pengembangan desa wisata.

“Dokumentasi budaya yang kuat seperti ini dapat memperkaya narasi wisata budaya Indramayu. Ia menjadi panduan bagi siapa pun yang ingin memahami Ngarot secara lebih mendalam,” jelasnya.

Selama proses diskusi, peserta menyampaikan masukan mulai dari pelurusan sejarah dan ritus adat, struktur bahasa Sunda Lea, hingga pemilihan foto dan ilustrasi yang mencerminkan karakter budaya Lelea. Budayawan dan tokoh adat mengingatkan pentingnya menjaga kemurnian ritus.

BACA JUGA:Ketiak Adem, Cerah, dan Anti Bau Sepanjang Hari: Rahasia Kecil untuk Hidup Lebih Nyaman

Sementara guru sejarah dan akademisi menyoroti aspek edukatif yang mudah dipahami pembaca muda. Fotografer lokal dan pegiat seni juga menyampaikan perlunya visualisasi yang tepat dan menarik agar buku lebih hidup dan merepresentasikan estetika budaya Lelea. Pada penghujung kegiatan, peserta merumuskan sejumlah rekomendasi finalisasi isi buku.

Ada harapan agar peluncuran buku dapat disatukan dengan momentum Budaya Ngarot atau Pekan Budaya Lelea, yang diperingati setiap akhir Desember, sehingga masyarakat dapat merayakan warisan budaya sekaligus menyambut hadirnya karya dokumentasi yang penting ini. Namun semua pihak sepakat bahwa kualitas dan akurasi harus menjadi prioritas utama sebelum buku diterbitkan.

FGD ini menjadi langkah penting dalam perjalanan penyusunan Buku Budaya Lelea sebuah usaha kolektif yang menggabungkan peran masyarakat, pemerintah daerah, budayawan, dan Pertamina EP. Pada akhirnya agar adat Ngarot tetap hidup, tumbuh, dan memberi inspirasi bagi generasi yang akan datang. (oni)

BACA JUGA:Wajib Punya! 5 Motor Listrik Karya Anak Bangsa dengan Fitur Canggih dan Harga Dijamin Ramah di Kantong!

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: