Kenapa 'Bukber' Selalu Dianggap Ajang Pamer? Ini Jawabannya

Kenapa 'Bukber' Selalu Dianggap Ajang Pamer? Ini Jawabannya

Tampak beberapa orang dengan lahap menyantap hidangan dalam buka puasa bersama, di Rumah Makan Sego Sambel, Lemahmekar Indramayu, Minggu, 23 Maret 2025.--radarindramayu.id

RADARINDRAMAYU.ID – Momen buka puasa bersama (bukber) sering kali dianggap lebih dari sekadar kegiatan untuk berbuka puasa. Banyak yang melihatnya sebagai ajang pamer, tempat di mana seseorang ingin menunjukkan pencapaian atau gaya hidupnya yang lebih baik. 

Fenomena ini membuat beberapa orang enggan untuk ikut serta dalam bukber di tahun berikutnya.

Fikriy Abbad Fauzan, warga Desa/Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu, menyatakan bahwa bukber sering kali dimanfaatkan untuk memamerkan status sosial atau kemajuan pribadi.

“Bukber selalu dianggap sebagai suatu momen untuk memamerkan diri, karena banyak orang yang ingin menunjukkan pencapaian atau kemajuan dirinya di saat bukber,” ujar Fikriy, ketika ditemui usai menyantap hidangan buka puasa di Rumah Makan Sego Sambel, Lemahmekar Indramayu, Minggu, 23 Maret 2025. 

BACA JUGA:Pengajuan KUR Ditolak? Cek 3 Kesalahan Umum yang Bikin Bank Tidak Meloloskan Pinjaman

Menurut Fikriy, dampaknya ada dua hal. Pertama, ada orang yang secara positif merasa termotivasi untuk berbuat lebih baik lagi, melihat pencapaian orang lain yang mereka anggap luar biasa. 

Namun, dampak kedua yang tidak kalah penting adalah munculnya rasa enggan bagi sebagian orang untuk mengikuti bukber di masa depan, karena merasa tidak memiliki apa yang bisa dipamerkan.

Di sisi lain, Nico Mahera, warga Desa Tegalwirangrong Kecamatan Kertasemaya Kabupaten Indramayu, memiliki pandangan yang berbeda terkait fenomena ini. 

Nico menekankan bahwa bukber seharusnya menjadi ajang silaturahmi, bukan tempat untuk pamer. 

“Tidak ada gunanya kita memamerkan kepunyaan barang mewah kepada teman kita, karena itu membuat orang lain menjauhi kita. Bukber itu momen silaturahmi, bukan momen pamer,” kata Nico, saat ditemui di Alun-Alun Indramayu bersama teman-temannya, Minggu, 23 Maret 2025. 

BACA JUGA:Pelatih Belanda Sindir Timnas Indonesia yang Terlalu Mendewakan Pemain Naturalisasi: Euforia Berlebihan

Menurut Nico, bukber harusnya menjadi kesempatan untuk mengenang masa lalu, berbicara tentang kondisi hari ini, serta berbagi harapan agar esok menjadi lebih baik. 

“Kalau kegiatan keagamaan seperti ini justru banyak dijadikan ajang pamer, saya curiga jangan-jangan banyak yang tidak solat maghrib saat bukber," ujarnya. 

Fenomena ini tentu mengundang perdebatan mengenai bagaimana seharusnya bukber dijalankan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: