Sumur Warak, Saksi Bisu Sejarah Desa Sukaurip

Sumur Warak, Saksi Bisu Sejarah Desa Sukaurip

Sumur Warak (dengan bata kuning), bangunan persegi seluas 6x6 meter ini berada di depan Balai Desa Sukaurip, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu.-Burhan -Radar indramayu

INDRAMAYU, RADARINDRAMAYU.ID  – Sumur Warak, sebuah sumber mata air alami yang terletak di Desa Sukaurip, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, menyimpan sejuta misteri dan menjadi saksi bisu perjalanan sejarah desa yang kaya akan budaya.

Sumur berbentuk kotak seluas 6x6 meter menyimpan sejuta mitos dan sangat erat kaitannya dengan sejarah Desa. 

Menurut Aosari, tokoh masyarakat dan mantan pamong desa, Sumur Warak dipercaya sudah ada sejak zaman dahulu kala. 

"Asal usul desa Sukaurip itu berawal dari cerita cinta segitiga antara Pangeran Surantaka, Dewi Nawang Wulan dan Elang Kuning," ujar Aosari kepada Radar Indramayu (30/7/2024).

BACA JUGA:Projo Indramayu Berharap Kang Baher Maju di Pilkada

Menurut Aosari, singkat cerita, Pangeran Surantaka mempersunting Dewi Nawang Wulan, sementara itu Elang Kuning ternyata diam-diam memiliki perasaan cinta kepada Dewi Nawang Wulan.

"Pangeran Surantaka bisa mendapatkan hati Nawang Wulan putri dari Pageden Tepak (Cirebon Girang), yang merupakan orang tuanya Dewi Nawang Wulan, hingga keduanya menikah. Akan tetapi rupanya Elang Kuning telah lama memendam cinta kepada Nawang Wulan," ujarnya. 

Keinginan Elang Kuning menikahi Dewi Nawang Wulan disampaikan kepada pamannya, Wiragora.

Ia menculik Dewi Nawang Wulan dan membawanya ke hadapan sang paman. 

BACA JUGA:Buyut Ireng, Tokoh Legendaris yang Masih Dikenang Warga Desa Panyindangan Wetan

"Sesampainya di tempat Wiragora, Dewi Nawang Wulan yang mendengar obrolan antara Elang Kuning dengan Wiragora, lantas berkata kepada keduanya, 'aku mau dipersunting olehmu, wahai Elang Kuning, akan tetapi dengan persyaratan. Mandi darah Surantaka dan memiliki kesed (kain pembersih yang biasanya ada di depan pintu rumah) yang terbuat dari kepala Surantaka," kata Aosari. 

Singkat cerita, karena ketinggian ilmu Pangeran Surantaka dan mengetahui keinginan Elang Kuning untuk memisahkan kepala dan tubuhnya agar bisa mempersunting Nawang Wulan, maka Surantaka memasrahkan dirinya untuk dibunuh oleh Elang Kuning.

"Pangeran Surantaka ilmunya tinggi, tapi dia mengalah, dan membiarkan dirinya dibunuh oleh Elang Kuning. Kemudian berlangsunglah pernikahan antara keduanya (Elang Kuning dan Nawang Wulan)," ujar Aosari. 

Cinta memang tidak bisa dipaksakan, dan cinta harus lahir dari ketulusan untuk mencintai dan dicintai. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: