Apa itu Strabismus atau Mata Juling? Yuk Ikuti Penjelasannya
ilustrasi--
RADARINDRAMAYU.ID - Strabismus lebih kita kenal dengan istilah mata juling. Strabismus merupakan kondisi dimana terdapat ketidaksejajaran antar kedua mata. Salah satu mata dapat terlihat lurus menuju suatu objek, sedangkan mata yang lain dapat terlihat mengarah ke dalam, ke luar, ke atas, ataupun ke bawah. Kondisi ini dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien secara negatif.
Kondisi ini dapat dialami oleh dewasa maupun anak-anak. Tanda yang mudah terlihat pada pasien strabismus adalah kondisi salah satu mata yang tidak sejajar dengan mata yang lain. Sedangkan, gejala yang dapat menyertai kondisi ini ialah penglihatan buram, rasa tidak nyaman saat membaca, sakit kepala, dan mata mudah lelah setelah pemakaian mata berkepanjangan.
Ketidaksejajaran kedua mata ini tentu mudah disadari oleh orang-orang disekitar. Hal ini dapat memberikan efek negatif pada kehidupan pasien. Berbagai kesulitan dalam interaksi sosial maupun dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dialami oleh pasien strabismus. Selain itu, kondisi strabismus juga dapat mempengaruhi kepercayaan diri maupun kesehatan mental pasien.
Penyakit mata juling biasanya dialami oleh anak-anak yang berusia 1-3 tahun. Beberapa jenis strabismus, yaitu: Esotropia (mata melenceng ke arah dalam), Eksotropia (mata melenceng ke arah luar), Hipertropia (mata melenceng ke arah atas), dan Hipotropia (mata melenceng ke arah bawah). Tipe strabismus yang paling sering terjadi berdasarkan arah terjadinya adalah esotropia dan eksotropia.
BACA JUGA:Perempat Final Brasil vs Kroasia Malam Ini. Rekor Pertemuan, Brasil Selalu Menang
Strabismus yang hanya muncul setelah penglihatan binokular terganggu disebut strabismus laten, heteroforia, atau foria, sedangkan apabila deviasi terjadi pada kondisi penglihatan binokular disebut sebagai strabismus manifest, heterotropia, atau tropia.4 Tropia dapat berupa esotropia (juling kedalam) dan eksotropia (juling keluar).
Strabismus dapat menimbulkan beberapa masalah. Pada usia yang lebih muda strabismus dapat menyebabkan gangguan penglihatan binokular, ambliopia dan gangguan stereopsis. Pada dewasa selain menyebabkan diplopia, dapat juga terjadi masalah psikososial karena gangguan kosmetik Strabismus dapat disebabkan oleh faktor herediter atau kelainan genetik. Mekanisme terjadinya strabismus akibat faktor herediter atau kelainan genetic belum dapat dijelaskan sepenuhnya. Namun pada sumber lain didapatkan bahwa pada strabismus eksotrofia sangat erat kaitannya dengan unsur herediter yaitu terkait trait autosomal dominan.
Strabismus juga dapat disebabkan oleh kelainan refraksi berupa miopia, astigmatisma dan hipermetropia. Lebih dari 30% anak-anak dengan hipermetropia yang berkembang menjadi esotrofia pada usia tiga tahun. Pada pasien miopia juga dapat terjadi esotropia akibat pungtum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan mengakibatkan keluhan astenopia konvergensi menetap.
Kelainan anatomi pada mata dan kelainan saraf sensori motorik juga dapat menyebabkan strabismus. Kelainan pada otot luar mata dan kelainan pada
BACA JUGA:Desa Cangkingan Semakin Hebat. Torehkan Sejarah Baru, Raih Anugerah KIP
rongga orbita merupakan penyebab tersering dari kelainan anatomi. Kelainan pada otot luar mata disebabkan karena adanya trauma pada kepala ataupun orbita dan kelainan pada rongga orbita disebabkan oleh tumor pada orbita ataupun penyakit lainnya.
Ada 6 otot yang bekerja bersama untuk menggerakkan mata. Strabismus dapat terjadi ketika otot-otot itu tidak bekerja bersama. Ini mungkin disebabkan oleh masalah dengan otot, saraf, atau masalah di otak. Strabismus juga dapat disebabkan oleh; Cidera mata atau kepala, penyakit yang mempengaruhi saraf atau otot seperti otak palsy atau Down syndrome, dan tumor otak.
Faktor lain yang terkait dengan strabismus pada anak-anak meliputi: Berat badan lahir rendah (<1250 g), terutama bayi prematur yang mengalami retinopati prematuritas, riwayat keluarga strabismus, kelainan neuromuskuler (mis. Sklerosis multipel, miastenia gravis, botulisme), kelainan okular kongenital, tumor otak atau mata (mis. Retinoblastoma), Katarak, Cidera kepala, Infeksi (mis. Meningitis, ensefalitis, campak), kondisi sistemik dengan manifestasi okular yang mengancam penglihatan (mis. Artritis reumatoid juvenile remaja, yang dapat menyebabkan iritis dan katarak), Obat-obatan dan racun (yaitu timbal dan logam berat).
Faktor-faktor tersebut menyebabkan posisi kedua mata tidak lurus dan penglihatan binokuler terganggu serta berdampak pada fungsional kualitas hidup penderitanya. strabismus termasuk kelainan mata yang umum terjadi dan terapi harus dimulai sesegera mungkin agar dapat menjamin ketajaman penglihatan dan fungsi binokuler sebaik mungkin sehingga penting untuk mengetahui faktor penyebab strabismus sejak dini.
BACA JUGA:Layanan SIM Keliling Setiap Jum’at Ada di Simpang Tiga Karangampel
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: