Protes PSSI ke FIFA Cuma Formalitas? Dali Tahir Bongkar Fakta Pedih!

Protes PSSI ke FIFA Cuma Formalitas? Dali Tahir Bongkar Fakta Pedih!

Dali Tahir Sebut Protes PSSI Sia-Sia Menyoal Wasit Kuwait Mendatang-antaranews.com-Radar Indramayu

BACA JUGA:Kapten Timnas Indonesia Bersinar di Serie A, Jay Idzes Antar Sassuolo Menang Perdana!

Kondisi ini memperlihatkan bahwa sepak bola modern tidak bisa dilepaskan dari politik organisasi, di mana posisi strategis di badan pengambil keputusan menjadi kunci utama agar sebuah negara bisa memperjuangkan kepentingannya.

Tanpa kursi di Exco AFC, Indonesia seperti bertanding dengan tangan terikat, karena hanya bisa mengikuti aturan yang sudah ditetapkan tanpa punya ruang untuk ikut mengubahnya.

Dalam situasi inilah saran Dali Tahir menjadi relevan, yakni pentingnya roadmap jangka panjang agar Indonesia kembali memiliki wakil resmi di AFC, sesuatu yang pernah dirasakan di masa lalu namun kini absen dalam peta kekuasaan sepak bola Asia.

Jika menilik lebih jauh, pernyataan Dali Tahir seakan menegaskan bahwa PSSI tidak boleh hanya reaktif dalam menghadapi masalah seperti penunjukan wasit, tetapi juga harus proaktif dalam membangun jaringan diplomasi olahraga.

BACA JUGA:Arab Saudi Gaet 'Otak' Set Piece Arsenal, Timnas Indonesia Harus Waspada

Memiliki wakil di AFC bukan hanya soal gengsi, melainkan instrumen strategis agar suara Indonesia tidak terabaikan ketika keputusan penting diambil.

Seandainya sejak awal PSSI punya posisi di dalam struktur AFC, kemungkinan besar isu netralitas wasit bisa diajukan secara resmi sebelum keputusan final diumumkan, sehingga potensi polemik bisa ditekan.

Namun realitas saat ini berbicara sebaliknya, Indonesia hanya bisa mengajukan protes setelah keputusan ketok palu, yang menurut Dali Tahir hampir mustahil untuk digugat.

Dari sini, publik bisa belajar bahwa jalan panjang menuju prestasi sepak bola tidak hanya ditempuh dengan menyiapkan pemain dan pelatih terbaik, tetapi juga dengan mengokohkan kekuatan politik olahraga di level internasional.

BACA JUGA:Rahasia Pinjaman Cepet Cair! Plafon Rp50 Juta KUR BRI 2025 Bisa Dicicil sampai 5 Tahun! Cek Tabelnya Sekarang!

Kritik Dali Tahir juga membawa pesan penting bahwa PSSI perlu belajar dari pengalaman ini agar ke depan tidak lagi mengulangi pola yang sama.

Protes demi protes tanpa kekuatan struktural hanya akan berakhir pada kekecewaan, sementara negara lain yang punya perwakilan di AFC dapat memperjuangkan kepentingannya lebih efektif.

Pada akhirnya, sepak bola bukan sekadar permainan 90 menit, melainkan juga pertarungan diplomasi di balik meja perundingan, dan siapa yang punya kursi di organisasi internasional, dialah yang punya peluang lebih besar untuk mengendalikan arah permainan.

Bagi Indonesia, ini menjadi alarm agar selain fokus membangun kualitas timnas di lapangan, federasi juga serius menata kekuatan diplomasi olahraga yang berkelanjutan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait