Dari 25 Ekor Ayam Menuju 7.000, Perjalanan Kasadi Membangun Usaha Ayam Kampung di Pabean Udik

Pada masa itu, Kasadi masih bekerja sebagai honorer di sebuah dinas pemerintah. Namun ketika jumlah ayam mencapai 600 ekor, pekerjaannya mulai kewalahan. 

BACA JUGA:Mau Pindah Kredit Mobil? KKB BRI Punya Program Take Over Super Gampang

Tahun 2021, ia mengambil keputusan besar: resign dan fokus penuh pada usaha ayam kampung.

Keputusan itu terbukti tepat. Dua tahun kemudian, populasi ayamnya melonjak drastis menjadi sekitar 7.000 ekor, berkat sistem kemitraan dengan warga di berbagai wilayah di Kabupaten Indramayu. 

Di kandang utama miliknya hanya ada sekitar 600 ekor; sebagai shelter dan stok pemotongan. Sisanya berada di kandang-kandang mitra. Setiap hari, Kasadi memotong 100–150 ekor ayam.

Kasadi menunjukkan ayam kampung miliknya yang sudah dipotong dan dibersihkan.

Dari Ayam Potong hingga Ayam Ungkep

Usaha Kasadi tidak berhenti pada ayam hidup atau ayam potong. 

Ia mulai membaca pasar; terutama kebutuhan ibu rumah tangga yang ingin proses memasak lebih praktis. 

Dari situlah produk ayam ungkep atau ayam bumbu kuning lahir.

“Sekarang ibu-ibu banyak yang sibuk, malas ke pasar, malas bersihin ayam. Nah, kita bantu dengan menyediakan ayam yang sudah bersih, sudah diungkep, ready to cook, tinggal goreng saja,” ujarnya.

BACA JUGA:Butuh Dana Besar? Ini Simulasi Kredit Non KUR BRI yang Wajib Kamu Lihat

Lima karyawan membantunya: tiga di bagian produksi dan pemotongan, dua di bagian pengolahan.

Produk olahan beku itu kini telah menembus pasar di Bandung, Bogor, Bekasi, hingga Jakarta.

Omset Ratusan Juta dari Modal Ratusan Ribu

Saat ini, penjualan ayam olahan mencapai 1.000 ekor per bulan, sementara total pemotongan ayam mencapai 3.500 ekor per bulan.

Dengan harga rata-rata Rp40.000 per ekor, omzet dari ayam potong saja mencapai sekitar Rp140 juta per bulan, belum termasuk produk olahan.

Sumber: