Lebih parah lagi, Shin dikritik karena aktivitasnya yang dianggap tidak fokus, terutama kabar sering bermain golf di saat sibuk melatih.
Isu ini tentu menimbulkan pertanyaan tentang profesionalisme dan dedikasinya sebagai pelatih sepakbola.
Dalam klarifikasinya, Shin membantah tudingan ini dan menyatakan bahwa ia tidak pernah bermain golf saat memimpin tim serta menyangkal sikap kasar yang dituduhkan, menyebutnya sebagai candaan semata.
Ia juga menjelaskan bahwa tas golf yang berada di bus klub sebenarnya dibawa pulang ke rumah di Seongnam, bukan untuk bermain golf saat masa kepelatihan.
Kompleksitas nasib Shin Tae-yong menunjukkan betapa kerasnya tekanan dan dinamika di dunia sepakbola yang penuh ekspektasi tinggi dari berbagai pihak.
Sementara di Indonesia, nama Shin tetap harum dan dianggap sebagai pelatih dengan kontribusi besar membuka peluang baru bagi Timnas.
Sebaliknya, di Korea Selatan, ia dianggap kontroversial dan mengalami penurunan reputasi karena benturan gaya manajemen dan pola komunikasi yang tidak diterima semua pihak.
Ke depan, publik pecinta sepakbola Indonesia tentu berharap Shin dapat kembali dan melanjutkan kiprahnya membawa Timnas Indonesia menuju prestasi yang lebih tinggi lagi.