Ia menyampaikan, "Saya selalu pesan kepada pemain, jangan sampai melakukan selebrasi yang merugikan diri sendiri. Lakukan selebrasi biasa saja."
Pernyataan tersebut bukan hanya sekadar nasihat, tetapi mencerminkan pendekatan kepelatihan yang berorientasi pada pembentukan karakter serta sportivitas pemain muda.
"Karena kita juga harus menghormati lawan," tambahnya.
Nova menambahkan bahwa semangat kompetitif dan ekspresi kegembiraan memang wajar dalam sepak bola.
BACA JUGA:Cek Sekarang Juga Dan Dapatkan Pinjaman Modal Dari KUR BNI 2025 Lengkap Dengan Syarat Pengajuannya!
Namun, ketika selebrasi dilakukan secara berlebihan, itu bisa mengarah pada hal-hal yang merugikan, baik secara fisik maupun etis.
Banyak kasus di dunia sepak bola internasional yang menunjukkan bagaimana selebrasi bisa menjadi awal dari cedera, bahkan terkadang menimbulkan konflik antar tim.
Dari situlah pentingnya pembelajaran dan kedewasaan emosional dalam setiap pertandingan.
Kejadian Mierza seharusnya bisa dijadikan pelajaran bagi para pemain muda di seluruh Indonesia.
BACA JUGA:Persib Bandung Mau Tambah Pemain Lagi? Ini Kata Bojan Hodak Usai Bicara Soal AFC Champions League 2!
Emosi saat mencetak gol memang sulit ditahan, apalagi ketika gol tersebut menjadi momen penentu atau pembalik keadaan dalam laga.
Tapi perlu diingat, kontrol diri adalah bagian dari mentalitas juara.
Justru selebrasi yang sederhana namun penuh makna sering kali lebih menyentuh, bahkan menjadi ikon tersendiri dalam sejarah sepak bola.
Dalam konteks pembinaan usia dini, pelatih seperti Nova Arianto memegang peran kunci dalam membentuk mentalitas dan attitude pemain sejak dini.
BACA JUGA:PSSI Harus Bayar Royalti! Lagu Tanah Airku Di Stadion Kena Royalti? Simak Penjelasan Pendiri KCI!
Tidak hanya fokus pada aspek teknis dan taktis, tetapi juga dalam menanamkan nilai-nilai menghormati lawan, wasit, dan pertandingan itu sendiri.