
RADARINDRAMAYU.ID - Istilah halalbihalal, yang identik dengan momen Idul Fitri di Indonesia, ternyata memiliki sejarah evolusi yang menarik, mulai dari perubahan penulisan hingga makna yang terkandung di dalamnya.
Bermula dari bentuk chalal bil chalal pada tahun 1924, kemudian alal bahalal, halal bihalal, hingga akhirnya menjadi halalbihalal yang kita kenal sekarang, istilah ini telah mengalami transformasi panjang seiring perkembangan zaman.
KH. Wahab Chasbullah, seorang tokoh Nahdlatul Ulama (NU), berperan penting dalam mempopulerkan istilah ini sebagai sarana rekonsiliasi, namun tahukah Anda bahwa halalbihalal sudah ada sejak era kolonial Belanda?
Mari kita telusuri lebih dalam sejarah dan evolusi istilah halalbihalal yang kaya akan nilai-nilai budaya dan sosial ini.
BACA JUGA:Jalan Rusak Ditanami Pohon Pisang, Warga Desa Pondoh Harapkan Perhatian dari Pemkab Indramayu
Asal-Usul dan Perkembangan Istilah Halalbihalal
Menurut catatan sejarah, KH. Wahab Chasbullah mengusulkan penggunaan istilah halalbihalal kepada Presiden Sukarno pada tahun 1948 sebagai upaya untuk mempersatukan para elite politik yang sering berselisih.
Namun, jauh sebelum itu, istilah ini sudah digunakan di kalangan masyarakat, terutama di daerah Solo.
Sunarto Prawirosujanto, seorang tokoh yang kelak menjadi dirjen Pengawasan Obat dan Makanan Kementerian Kesehatan, mengungkapkan bahwa istilah halalbihalal sudah ada sejak sekitar tahun 1935-1936.
BACA JUGA:UMKM Bisa Berkembang Pesat, Segera Manfaatkan Pinjaman KUR BRI Bisa Sampai Angsuran Rp20 Juta
Pada masa itu, Sunarto kecil sering bermain di Taman Sriwedari, Solo, yang merupakan pusat rekreasi dan hiburan masyarakat.
Di sana, ia mendengar istilah halalbihalal digunakan dalam berbagai konteks, terutama saat bulan Ramadan dan Lebaran.
Peran Martabak Malabar dalam Memopulerkan Halalbihalal
Salah satu cerita menarik terkait dengan halalbihalal adalah kisah pedagang martabak Malabar di Taman Sriwedari.
Pedagang asal India tersebut sering meneriakkan "Martabak Malabar, halal bin halal, halal bin halal!" untuk menarik perhatian pembeli.
Anak-anak dan remaja yang mengunjungi Taman Sriwedari pun ikut menirukan teriakan tersebut, sehingga istilah halalbihalal semakin populer di kalangan masyarakat.