Jika orang Jepang ditanya siapa bapak sepak bola mereka, kebanyakan akan menjawab Dettmar Cramer. Karakteristik Dettmar Cramer?
BACA JUGA:Tim Geypens dan Dion Markx Telah Tiba di Jakarta, Siap Jalani Proses Naturalisasi!
BACA JUGA:Kembali Ke Timnas, Yakob Sayuri Siap Tampil Habis-Habisan Demi Hasil Bagus Lawan Jepang
Sosok yang dianggap sebagai guru sepak bola ini berasal dari Dortmund, Jerman, tempat sepak bola didirikan.
Cramer tiba di Jepang pada tahun 1960 dan memasukkan filosofi dan taktik sepak bola Jerman ke dalam sistem politik mereka.
Cramer menekankan tiga aspek: displin, efisiensi, dan bagaimana permainan diatur. Tim nasional Jepang meraih medali perunggu Olimpiade 1968 hanya 8 tahun setelah kedatangan Cramer.
Karena Brasil adalah negara terbesar dari diaspora Jepang, seperti yang dilakukan Indonesia dan Belanda, masyarakat umum menganggap bahwa sepak bola Brasil adalah hasil dari sepak bola Jepang.
BACA JUGA:Komentari Laga Indonesia VS Jepang, Bojan Hodak Pelatih Persib Bandung Pesimis Garuda Bisa Menang
BACA JUGA:Teman Rasa Lawan, Reuni Duo Pemain NEC Nijmegen, Adu Kuat Antara Calvin Verdonk dan Koki Ogawa!
Selain itu, banyak pemain Brasil bermain di J-League, tetapi sepak bola Jepang sama sekali tidak dipengaruhi oleh pemain Brasil.
Kembali ke pertandingan Timnas Indonesia vs Jepang, Shin Tae-yong, yang memiliki taktik jitu saat mengalahkan Jerman di Piala Dunia 2018, dapat menerapkan strategi yang sama untuk tim Garuda.
Jika Anda melihat lebih dalam, Anda akan menemukan bahwa beberapa kelemahan Jepang sebenarnya mirip dengan kelemahan Jerman.
Seperti yang diketahui, pemain Jepang unggul dalam kerja keras, disiplin, dan organisasi tim.
BACA JUGA:Erick Thohir Puji Senior Jepang Yuto Nagatomo, 'Pemain Indonesia Harus Contoh Figur Ini'BACA JUGA:Bukan Kevin Diks, Kiper Jepang Wanti-wanti Sosok Ahlinya Melempar Bola di Timnas Indonesia, Pratama Arhan!
Namun, Jepang menjadi tim yang kaku, seperti Jerman. Selain itu, pemain Jepang sering melakukan kesalahan sendiri, seperti yang terlihat saat mereka tersingkir di babak perempat final Piala Asia 2023 atau saat pertahanan mereka gagal menghadapi Kroasia di Piala Dunia 2022.
Kelakuan pemain Jerman saat dibobol dua gol oleh dua pemain Korsel di masa injury time Piala Dunia 2018 adalah serupa dengan kesalahan individu pemain Jepang.