FIFA mengizinkan perpindahan kewarganegaraan bagi pemain yang tinggal dan berkompetisi di suatu negara selama minimal lima tahun, tanpa batasan keturunan.
Ini berarti, jika Ryan bersedia bermain di Liga Indonesia dan memenuhi syarat ini, peluangnya untuk membela Indonesia tetap terbuka, meski melalui jalur yang lebih panjang.
Namun, pilihan ini tidak mudah dan memerlukan komitmen besar. Bagi pemain muda seperti Ryan Flamingo yang saat ini membangun kariernya di Eropa, khususnya bersama PSV Eindhoven, bermain di liga Indonesia mungkin bukan keputusan yang mudah.
Meski demikian, beberapa pemain naturalisasi sebelumnya telah menempuh jalur ini demi kesempatan bermain di Timnas Indonesia.
Jalan ini juga membuka peluang bagi Flamingo untuk mendapatkan pengalaman baru serta terhubung lebih dekat dengan budaya dan masyarakat Indonesia.
Gagalnya proses naturalisasi Ryan Flamingo menjadi pelajaran bagi PSSI dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi calon pemain naturalisasi.
Ke depan, PSSI diharapkan dapat lebih teliti dalam mengevaluasi pemain keturunan Indonesia, memastikan bahwa mereka memenuhi semua kriteria FIFA sebelum memulai proses panjang tersebut.
Bagi para penggemar sepak bola Indonesia, kegagalan ini tentu mengecewakan, terutama karena Ryan Flamingo dianggap sebagai pemain muda dengan potensi besar.
Meski demikian, kegagalan ini tidak menutup peluang bagi Ryan atau pemain keturunan lainnya yang memenuhi syarat untuk memperkuat Timnas Indonesia di masa depan.
Gagalnya Ryan Flamingo dalam proses naturalisasi memperlihatkan kompleksitas yang sering kali muncul dalam perpindahan kewarganegaraan di dunia olahraga.
Namun, dengan harapan dan dukungan yang kuat, masih ada peluang bagi Flamingo atau pemain lain untuk berkontribusi dan memperkuat skuad Garuda di masa mendatang.