Tanda jangkitan bakteri ini umumnya muncul benjolan kecil dalam jangka waktu 10 hari.
Benjolan tersebut juga bisa diikuti dengan gejala-gejala lain seperti mual, muntah, demam, menggigil, lelah, peradangan, dan rasa nyeri pada bagian kelenjar getah bening.
3. Memicu Alergi
Tidur bersama kucing juga dapat memicu alergi bagi si pemilik.
Risiko terserang alergi ini muncul dari bulu-bulu kucing yang rontok. Bulu rontok itu dapat tertinggal di kasur atau seprai dan tanpa sengaja terhirup.
Reaksi alergi yang muncul biasanya adalah gejala flu seperti mata gatal, bersin, pilek, dan sinusitis. Pada beberapa kasus, bulu kucing bahkan dapat menyebabkan serangan asma.
4. Terpapar infeksi parasit dan jamur
Saat tidur dengan kucing, risiko untuk terpapar infeksi ini dapat terjadi. Parasit seperti kutu yang biasanya ada dalam bulu kucing dapat menyebabkan gatal-gatal di kulit.
Parasit yang ada di usus kucing juga dapat menjadi salah satu sumber infeksi. Parasit ini keluar bersama feses.
Jika tidak menjaga kebersihan litter box, maka parasit menempel pada tubuh atau kaki kucing.
Bekas kotoran kucing inilah yang membuat terpapar infeksi saat kucing naik ke tempat tidur kita.
Itulah 4 risiko saat tidur dengan kucing. Risiko-risiko tersebut tidak boleh disepelekan begitu saja. Karena, dapat menimbulkan bahaya kesehatan bagi tubuh.
BACA JUGA:Inilah 5 Wisata Air yang Paling Populer di Indramayu
Untuk itu, sebelum memutuskan tidur dengan kucing, pastikan terlebih dahulu kebersihan kucing dan lingkungganya terlebih dahulu. (Reesa)