Aosari melanjutkan ceritanya, setelah menikah dengan Elang Kuning, Dewi Nawang Wulan tidak mendapatkan kebahagiaan. Setiap hari ia menangisi kematian Pangeran Surantaka sebab kepalanya selalu terlihat di depan mata.
Pageden Tepak, sebagai orang tua Nawang Wulan, tidak kuasa melihat kondisi anaknya yang selalu bersedih.
"Maka, ia meminta tolong kepada Pageden Mayung dan panakawan Wira Lamsijan bernama ki Arsitem, untuk mengambil kepala Pangeran Surantaka yang berada di depan kamar peraduan Nawang Wulan dan Elang kuning di Kerajaan Dermayu, dan mencari tubuhnya untuk kemudian menyatukannya kembali," ujar Aosari bercerita.
Karena Ki Arsitem adalah seorang yang sakti mandraguna. Maka setelah kepala Surantaka dan tubuhnya ditemukan, disatukan kepala serta tubuhnya dan dihidupkanlah kembali.
BACA JUGA:BTNGC Patroli Drone untuk Cegah Kebakaran Lahan dan Hutan Ciremai
Hal tersebut dilakukan agar Pangeran Surantaka bisa bertemu kembali dengan Nawang Wulan.
"Tempat Ki Arsitem menghidupkan kembali Surantaka itu, yakni di suatu Desa di bawah sebuah pohon Soka di samping Sumur Warak. Maka, untuk mengenang tempat bersejarah tersebut, dinamakanlah Sokaurip atau yang sekarang disebut Sukaurip," ujar Aosari.
Selain sebagai sumber air bersih, sumur ini juga memiliki nilai spiritual yang tinggi bagi masyarakat Desa Sukaurip, airnya dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Aosari menyampaikan harapannya kepada Radar Indramayu untuk generasi penerus untuk tetap melestarikan budaya di daerah sekitarnya, terutama Desa Sukaurip.
"Dengan segala nilai historis dan kulturalnya, Sumur Warak dan Desa Sukaurip patut menjadi perhatian dan dilestarikan. Semoga keberadaan keduanya dapat terus menginspirasi generasi mendatang," harapnya.