Panitia Hari Besar Islam (PHBI) dimaksud telah menyampaikan klarifikasi dan menyampaikan permohonan maaf.
Mereka mengakui bahwa Akademisi Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Untung Cahyono diminta menjadi khatib dalam Salat Id tersebut.
Namun, setelah mengajukan permohonan, tidak ada pembicaraan mengenai materi khutbah. Sehingga terjadilah pembacaan ceramah yang berisi muatan pemilu.
"Isi khotbah tersebut tidak mengindahkan imbauan materi khotbah Idul Fitri yang tertuang dalam SE (Surat Edaran) Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2024," ungkapnya.
BACA JUGA:Bupati Nina Gelar Salat Id dan Open House
Di tempat terpisah, Ketua PHBI Tamanan, Sujendro Nugroho menyampaikan permohonan maaf atas kejadian tersebut.
Menurut dia, panitia tidak melakukan pengecekan terkait dengan materi khotbah, karena terlalu fokus pada rangkaian kegiatan lain yakni takbir keliling, festival hingga lomba-lomba.
Padahal, sebagai panitia pihaknya meyakini bahwa para khotib menyadari terkait dengan materi khotbah Idul Fitri, seharusnya tidak menyinggung mengenai masalah politik.
"Saya anggap sudah tahu sendiri, sejak 87 sampai sekarang kan tidak ada masalah apa-apa, baru kali ini," sebutnya.
BACA JUGA:Operasi Pekat Malam Lebaran, Polsek Gebang Amankan Berbagai Jenis Miras
Kendati demikian, dirinya tetap meminta maaf karena khilaf panitia yang tidak meminta naskah dan materi khotbah terlebih dahulu.
Hingga akhirnya muncul naskah khotbah seperti yang terekam pada video viral di media sosial.
Seperti diketahui, dalam materi ceramah yang disampaikan Khotib menyebutkan bahwa kecurangan menjadikan Pemilu 2024 sebagai yang terburuk sepanjang sejarah. Berikut kutipan dari materi khotbah tersebut.
"...Menjadi sangat lebih memalukan dan memuakan karena kecurangan dalam pemilu yang dinilai banyak pihak yang terburuk dalam sejarah Indonesia."
BACA JUGA:Penyambung Silaturahmi, 2,5 Juta Kendaraan Mudik Melintas GT Palimanan
"Ironisnya problematika pelanggaran pemilu yang sering disebut terjadi secara terstruktur sistematis dan masif terjadi justru terkait dengan perilaku Joko Widodo sebagai Presiden RI, sebagaimana tersebar luas di media sosial dan surat kabar."