RADARINDRAMAYU.ID - Desa Mekarmulya Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis, tidak hanya memiliki alam yang indah. Lokasi desa yang dihimpit antara perbatasan Tasikmalaya dan Pangandaran ini, dikenal sebagai Kampung Kawung atau Kampung Aren.
Dari dua dusun di desa ini, warganya kompak mengolah nira menjadi gula aren jenis produk semut dan cetak. Berkat inovasi petani milenial yang dibina Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, Desa Mekarmulya menjadi daerah penghasil gula aren terbesar di Kabupaten Ciamis.
Kampung Kawung merupakan gagasan Peri Heryanto selaku petani milenial binaan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, yang juga sebagai Ketua Kelompok Tani Taruna Mandiri, yang beranggotakan 30 orang dan berprofesi sebagai penyadap aren di Dusun Karangcingkrang Desa Mekarmulya Kecamatan Pamarican.
“Kampung Kawung berawal dari pengamatan saya pribadi, ketika melihat produk gula aren di pasar, jumlahnya termasuk dibandingkan dengan daerah lain di Kabupaten Ciamis. Bisa dikatakan Desa Mekarmulya ini termasuk penghasil gula aren terbanyak di Kabupaten Ciamis. Setiap harinya itu, bisa menghasilkan produksi gula aren mulai dari 1 sampai dengan 3 kuintal. Itu berupa dengan cetakan gandu, ataupun bentuk granul dan gula semut,” katanya.
BACA JUGA:Bakesbangpol Gelar Sosialisasi Pendidikan Politik Bagi Pemilih Pemula
BACA JUGA:Prediksi Pertandingan Persija vs Persib Bandung, Persib Sedang Dalam Trend Positif
Gula aren yang diproduksi Kampung Kawung memiliki aroma yang berbeda dan mampu bertahan lama. Kelebihan lainnya adalah kadar gulanya relatif kecil sehingga cocok dikonsumsi penderita diabetes.
Tak heran, permintaan gula aren hasil inovasinya banyak di pesan oleh berbagai kalangan hingga ke luar negeri, karena masuk kategori makanan organik tanpa menggunakan zat kimia.
“Untuk penjualan sampai saat ini, alhamdulillah kita masih bertahap pengembangan kemarin juga kita sudah mengirimkan pesanan ke Hongkong Singapura dan Amerika, cuma memang dengan kuantitas yang tidak banyak hanya sebatas pesanan. Cuma yang sistemnya beli itu kita sudah melakukan kerja sama business to business, business to government.
Business to business, kita bekerjasama dengan kafe, kedai kopi dengan supermarket. Supermarket besar juga kita, alhamdulillah sudah berjalan beberapa tahun, termasuk merambah ke ritel, warung sembako termasuk ke grosir,” paparnya.
BACA JUGA:Ormas Oi: Jangan Pilih Calon Dewan Perusak Pohon
BACA JUGA:Jadi Pemicu Tindak Pidana, Kapolres Nyatakan Perang Terhadap Miras
Dijelaskannya, proses pembuatan gula aren ini masih dilakukan secara tradisional, dimana setiap pagi, kelompok tani menyadap nira sembari ke ladang. Nira yang terkumpul pada sore hari kemudian dimasak hingga matang, diolah menjadi gula cetak dan gula semut. Setelah mengikuti program Petani Milenial pada tahun 2022, Peri Heryanto bersyukur mendapatkan bantuan dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melalui Dinas Perkebunan berupa alat produksi.
“Alat produksi wajan termasuk mesin penyaringan yang termasuk dengan mesin pengeringnya seperti oven gitu, berikut dengan sabuk keselamatan kerja sabuk pengaman untuk menyadap nira. Alhamdulillah bantuan dari Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat sangat membantu,” ungkapnya.