INDRAMAYU, RADARINDRAMAYU.ID - RIBUAN nelayan di wilayah pesisir Eretan, Kecamatan Kandanghaur tidak melaut alias turun jangkar. Sejak seminggu lalu. Bukan lagi menikmati liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Tapi gegara cuaca ekstrem yang menghantam laut Jawa, mereka tidak lagi tertarik pergi menangkap ikan. Sebab, nyawa taruhannya.
“Ombak tinggi lagi ganas-ganasnya. Ngeri. Senekat-nekatnya nelayan, ngeper lah lihat ombak tingginya tiga sampai empat meter,” ucap Peyang, nelayan setempat, Senin (26/12).
Kondisi ini, kata dia, disebut musim Baratan. Ditandai dengan angin kencang disertai gelombang tinggi. Diperkirakan cuaca ekstrem ini berlangsung selama sebulan.
BACA JUGA:Batching Plant BMN Beroperasi Kembali Setelah Ditutup Karena Ijin Belum Lengkap
Kemungkinannya, nelayan baru kembali melaut pada awal Februari nanti. Itu pun harus tetap waspada. Karena cuaca di laut makin sulit diprediksi.
“Kami mengandalkan aplikasi perkirakan cuaca di handphone. Kadang tepat, tapi seringnya juga meleset,” ujarnya.
Mestinya, untuk mengisi waktu, dia dan nelayan lainnya memanfaatkan untuk memperbaiki perahu maupun alat tangkap.
Namun hal itu tidak bisa dilakukan. Pasalnya, kondisi di darat lebih parah. Banjir rob yang kian mengganas. Rumah-rumah nelayan terendam air pasang laut.
Hal itu dibenarkan Ketua KUD Misaya Mina Eretan Wetan, Rasgianto. Sudah seminggu terakhir, nelayan tidak berangkat melaut. Memilih berjaga dirumah masing-masing dari terjangan rob.
BACA JUGA:Hari Operasi Pembangkit Terbaik Sepanjang Sejarah, PLN Pastikan Kelistrikan Jelang Tahun Baru Aman
Akibat dari tidak melautnya mayoritas nelayan, menjadikan ketersediaan atau produksi ikan di TPI Misaya Mina menurun dratis. Kalau pun ada, jumlahnya sangat terbatas.
“Siklusnya memang sudah seperti ini. Hanya saja, musim Baratan tahun ini terasa parah. Di darat maupun di laut, nelayan tidak bisa berkutik,” ucapnya.
BACA JUGA:Warga Ngungsi di Jalur Pantura, Banjir Rob Terjang Desa Eretan Kulon