Radarindramayu.id, BALONGAN - Siapa yang tidak kenal jamur tiram? Jamur ini menjadi salah satu menu makanan masyarakat Indonesia. Mudah dicari di pasar-pasar tradisional, dan harganya cukup murah. Namun, di tangan Kelompok Sukaurip Jamur Tiram (Sujati) Desa Sukaurip Kecamatan Balongan ini mampu mengolah jamur tiram menjadi cemilan yang renyah dan gurih, sehingga harga jualnya bisa meningkat berkali-kali lipat.
Sejak tahun 2014, Sujati menjadi kelompok binaan program Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refenery Unit VI Balongan.
Lewat pembinaan ini, kelompok Sujati berhasil mengembangkan budi daya jamur tiram sistem zero waste. Kemudian, jamur yang dihasilkan tidak saja dijual mentahnya di pasar tradisional, melainkan diolah terlebih dulu menjadi kripik jamur (krimur).
Ketua Kelompok Sujati, Muslihatun Nisa mengatakan, berkat program CSR Pertamina RU VI Balongan, kini sudah menjadi kelompok mandiri sejak tahun 2018.
BACA JUGA:SP Warga Gintung Dipenjarakan Mantan Pacar, Begini Ceritanya
Dikatakan Nisa, kelompok Sujati telah mendapat pembinaan dan pendampingan secara intens selama lima tahun dalam pengembangan usaha makanan olahan dari bahan dasar jamur tiram yang dibudidayakan sendiri dengan konsep zero waste atau tanpa limbah.
“Dalam budi daya jamur sejak awal pakai konsep zero waste. Kami bekerjasama dengan peternak, dan perajin kayu untuk membuat media tanam baglog. Selanjutnya baglog yang sudah tidak terpakai lagi diolah sebagai bahan pembuatan pupuk kompos, dan plastiknya bisa kembali dipakai,” terang Nisa pada Radar Indramayu, Senin (17/10).
Dikatakan Nisa, dengan menerapkan konsep zero waste, budi daya jamur tiram tidak banyak menimbulkan sampah sisa produksi.
Selain itu, produk jamur tiram yang diolah menjadi cemilan kripik jamur harganya bisa naik sampai berkali-kali lipat dibandingkan langsung dijual di pasar tradisional. “Itu semua berkat bimbingan dari PT KPI RU VI Balongan yang memberikan banyak arahan selama 5 tahun berjalan,” beber Nisa.
BACA JUGA:Keseruan Yamaha Fazzio Youth Project Ala Anak Muda Cirebon
Dijelaskannya, jamur tiram kalau dijual mentah di pasar tradisional seharga Rp16 ribu per kilogram. “Tapi setelah diolah menjadi olahan kripik jamur harga bisa naik berkali lipat. Per kilogram bisa sampai Rp100 ribu,” ungkapnya.
Dalam pengembangan usaha jamur tiram, lanjut Nisa, Kelompok Sujati berhasil mengembangkan usahanya ke berbagai olahan berbahan dasar dari jamur, seperti kerupuk jamur, pepes jamur, dan berbagai olahan selain berbahan dasar jamur seperti brownis dan beraneka ragam kue lainnya.
Selain itu, produk kripik kamur (krimur), piamur, dan kerupuk jamur telah mengantongi Nomor Induk Berusaha (NIB) dan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) yang menjadikan produk olahan krimur Sujati memperoleh izin menjalankan usahanya sebagai pelaku industri rumahan skala kecil, masuk dalam UMKM.
Sekarang, kata Nisa, kelompok Sujati telah masuk dalam IKM Binaan dari Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Indramayu.
“Alhamdilillah untuk produk olahan Jamur tiram krimur, piamur, dan kerupuk jamur sudah kantongi PIRT, kemasannya semakin baik tidak kalah dengan produk lainnya. Harga tergantung kemasan,” tuturnya.
Dalam sehari, kata Nisa, bisa terjual 100 pics krimur, baik secara online dan offline. “Saat ini kami sedang berupaya untuk memasok permintaan salah satu minimarket yang meminta setiap bulannya 2.000 pcs,” tandasnya.
BACA JUGA:Berikut Jadwal SIM Keliling Selama Sepekan. Hari Ini di Polsek Kandanghaur