Radarindramayu.id, CIREBON - “Dulu, masuk berita juga; anak di Rumah Sakit Waled ditinggalin ibunya," kata SW, ibu kandung R -anak 6 tahun korban penganiayaan oleh ibu angkat di Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Cirebon. SW sekaligus meluruskan informasi meninggalkan anak kandung tahun 2016 itu tidaklah benar.
Kilas balik peristiwa 6 tahun lalu. Maksud SW, ini adalah kali kedua keluarganya dibahas media. Pertama, karena melahirkan dalam perjalanan saat mudik dari Jakarta menuju Jawa Tengah pada tahun 2016. Kedua, September tahun ini ketika kasus kekerasan fisik kepada anak angkat santer diberitakan.
Tepatnya pada 30 Juni 2016, R lahir di RSUD Waled. Kondisi prematur. Berat 1,8 kilogram dan tinggi 36 sentimeter. Di usia kandungan memasuki 6 bulan. Ketika itu SW dan suami AM, melakukan perjalanan dari Jakarta. Menggunakan sepeda motor.
Sampai ke arah timur Cirebon kontraksi. Perut terasa mulas. AM membelokan setang ke RS yang berlokasi di Jalan Prabu Kiansantang tersebut.
BACA JUGA:Kompolnas Awasi Kinerja Tim Investigasi Tragedi Kanjuruhan
Usia kehamilan yang belum cukup membuat petugas medis penuh kehati-hatian. Antisipasi hal buruk yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Bayi laki-laki R ditempatkan di Infrant Warmer -alat elektromedik untuk menjaga suhu bayi yang baru lahir. Suhu, gula darah, dan lain-lain dipantau intensif.
Kepala Ruangan Bayi RSUD Waled saat itu, Isi Faridah, mengatakan bayi R ditinggalkan sementara orang tuanya yang melanjutkan mudik ke kampung halaman. Sekaligus mengambil uang untuk biaya persalinan.
"Orang tuanya lagi pulang dulu. Ambil uang, nanti ke sini (Cirebon) lagi karena mereka ngga punya BPJS," ungkap Isi kepada media, Juni 2016.
Kemarin SW menjelaskan yang sebenarnya terjadi. Bahwa meninggalkan anaknya itu bukan untuk melanjutkan mudik. “Saya lagi cari kontrakan," terang perempuan 47 tahun itu sesaat setelah konferensi pers di Mapolresta Cirebon, Sabtu (1/10).
BACA JUGA:Semarak Pameran Pembangunan Indramayu Expo
Ia mengatakan, R dirawat di RS Waled selama 3 bulan. Pihak RS sejak awal menyarankan perawatan intensif di ruang ICU. Karena prematur.
“Saya ngga mampu (masuk ICU) biayanya, dan ngga punya BPJS. Akhirnya saya ditolongin bidan namanya ibu Isi (Faridah) orang Cirebon juga," ungkap single parent kelahiran tahun 1975 tersebut.
Kondisi R mulai stabil. Di usia 3 bulan R menempati kontrakan di Pabuaran, Kabupaten Cirebon. Dari situ konflik dimulai. Di mana pelaku TC bertetangga dengan kontrakan yang ditinggali pasangan asal Tegalrejo, Jawa Tengah, tersebut. Sebagai tetangga, perkenalan pun terjalin. “Akhirnya dia (pelaku) ke rumah, sering ngobrol, katanya seneng sama anak kecil," jelas SW.
SW sempat menjadi asisten rumah tangga TC. Bantu-bantu pekerjaan sehari-hari. SW mengatakan, pelaku tak memiliki anak laki-laki. Di saat R usia satu tahun, pelaku memiliki keinginan untuk mengadopsi. “Karena dia (TC) ngga punya anak cowok, anaknya cewek semua," jelasnya.
BACA JUGA:XL Pass Sudah Tersedia di 80 Negara, Piknik ke Turki Jadi Makin Nyaman