Radarindramayu.id, INDRAMAYU - BAHAN Bakar Minyak (BBM) naik, pelajar turut kenah getahnya. Mereka terlantar. Terpaksa harus pulang dari sekolah berjalan kaki ke rumah masing-masing. Berkilo-kilometer.
Hal ini dipicu aksi demo disertai mogok para su-sopir angkutan umum (angkum) jurusan Patrol-Indramayu yang menuntut penyesuaian tarif, Senin (5/9).
Pantauan Radar Indramayu, pulang berjalan kaki dilakoni oleh ratusan pelajar SMP dan SMA yang bersekolah di sepanjang jalur pantura Kandanghaur sekitar pukul 12.30. Ditengah terik matahari, mereka berjalan kaki secara gerombol.
Tak hanya di bahu jalan, para pelajar itu juga ramai-ramai menyusuri median jalan sembari mencoba menghadang mobil bak terbuka untuk menumpang.
BACA JUGA:Tentang Hyundai STARGAZER
Nani, salah seorang pelajar menuturkan, terpaksa pulang jalan kaki setelah sekitar 1 jam jenuh menunggu angkum jenis Elf di depan sekolahnya yang tak kunjung lewat.
Pelajar asal Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur ini mengaku kaget setelah mendengar informasi bahwa seluruh sopir angkum mogok. Merasa jarak rumah dari sekolahnya tak jauh hanya sekitar 1,5 kilometer, iapun bersama teman-temannya memilih pulang berjalan kaki. “Kaget, karena pagi sih masih ada. Pas pulang, gak dapat mobil, katanya sopir pada mogok demo. Jadi ya jalan kaki,” ujarnya.
Kepala MTsN 4 Indramayu, H Ahmad Fadlali MA membenarkan kondisi yang dialami oleh sebagian siswanya itu.
Pihak sekolah sendiri sudah melakukan antisipasi. Yakni dengan menghentikan sementara semua kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) supaya peserta didik bisa pulang lebih awal. Berbarengan dengan itu, sekolah menyebarkan imbauan kepada para orang tua siswa untuk menjemput anak-anaknya.
“Kabar adanya aksi mogok supir angkum, kami langsung membuat pengumuman kepada orang tua siswa via grup WhatsApp. Supaya menjemput anak-anaknya. Semua kegiatan ekskul kami stop sementara,” sampai keadaan kembali normal,” ungkapnya.
BACA JUGA:BREAKING NEWS : Mantan Bupati Indramayu Supendi Hari Ini Bebas
Ahmad Fadlali mengungkapkan, sejatinya pulang berjalan kaki sudah biasa dilakoni oleh para siswa yang jarak rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolah. Apalagi, pihaknya melarang semua peserta didik membawa kendaraan bermotor termasuk sepeda kayuh.
“Bukan apa-apa, jalur pantura ini tidak ramah untuk anak-anak kami berangkat dan pulang naik sepeda. Risikonya tinggi, rawan kecelakaan. Untuk siswa yang rumahnya jauh, biasanya diantar jemput sama orang tuanya,” terangnya.
BACA JUGA:Hyundai Motors Indonesia Gelar Hyundai STARGAZER Driving Day – a Journey with the Star