Radarindramayu.id, JAKARTA - Harga minyak bergerak positif, tidak terpengaruh cadangan minyak Amerika dan juga inflasi yang meningkat di negara itu dan mendorong kenaikan suku bunga The Fed.
Untuk harga minyak mentah, seperti yang dikutip dari laporan Reuters di New York, Rabu 13 Juli 2022 atau Kamis 14 Juli 2022 dini hari WIB, minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional ditutup naik 8 sen menjadi USD99,57 per barel.
Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika Serikat meningkat 46 sen menjadi USD96,30 per barel.
Pada Brent turun tajam sejak mencapai USD139 per barel pada Maret, yang mendekati level tertinggi sepanjang masa pada 2008, karena investor melepas minyak akhir-akhir ini di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga agresif untuk membendung inflasi akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menekan permintaan minyak.
BACA JUGA:Tim Gabungan Resmob Tangkap Geng Motor SOT di Majalengka
Sehingga harga anjlok lebih dari 7 persen pada sesi Selasa dalam perdagangan yang bergejolak untuk menetap di bawah USD100 untuk kali pertama sejak April, dan berada dalam kondisi jenuh jual berdasarkan indikator kekuatan relatif, ukuran sentimen pasar.
"Saya tidak akan mengatakan tren naik ini belum berakhir," kata Thomas Saal, Vice President StoneX Financial. "Tingkat persediaan masih cukup rendah di seluruh dunia, dan itu menjadi faktor besar dalam reli ini."
Pasar fisik tetap ketat. Tolok ukur utama, seperti minyak mentah Forties dan Midland Amerika, diperdagangkan dengan harga premium terhadap pasar berjangka, melukiskan gambaran yang berbeda dari apa yang terjadi di masa mendatang, yang dipengaruhi data inflasi yang mendorong ekspektasi kenaikan suku bunga lebih banyak dari bank sentral utama.
BACA JUGA:Pelaku Tawuran Konten Medsos di Pabedilan Diamankan Polresta Cirebon
Persediaan minyak AS naik lebih dari ekspektasi dalam jeda ringan dari ketatnya pasar. Stok minyak mentah komersial AS naik 3,3 juta barel, data pemerintah menunjukkan, dibandingkan ekspektasi untuk penarikan moderat dalam stok
Indeks harga konsumen Amerika berakselerasi menjadi 9,1 persen pada Juni karena biaya bensin dan makanan tetap tinggi, memperkuat kasus bagi Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin akhir bulan ini.
Ekspektasi untuk pertumbuhan yang lebih rendah juga memicu pelarian ke dolar AS untuk alasan keamanan. Indeks Dolar (Indeks DXY) mencapai level tertinggi 20 tahun, Rabu, yang membuat harga minyak lebih mahal bagi pembeli non-AS.
Pembatasan Covid-19 di China juga membebani pasar, ketika impor minyak mentah China turun ke level terendah dalam empat tahun pada Juni.
"Masalah permintaan mengejar harga yang tinggi. Dolar AS menyebabkan tekanan turun pada semua komoditas. Ada perubahan mentalitas selama beberapa minggu terakhir," kata Tony Headrick, analis CHS Hedging.
Pekan ini, baik Organisasi Negara Eksportir Minyak maupun Badan Energi Internasional, dalam laporan bulanannya, memperingatkan bahwa permintaan melemah, terutama di ekonomi terbesar dunia. (len/fin)
BACA JUGA:Komnas HAM Bakal Periksa Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo dan Keluarga Brigadir J