Radarindramayu.id, BONGAS-Sejumlah pedagang Bahan Bakar Minyak (BBM) eceran di wilayah barat Kabupaten Indramayu belakangan ini lagi gundah gulana.
Mereka resah, menyusul pemberlakukan pembelian pertalite dan solar dengan mendaftar lebih dulu di aplikasi MyPertamina.
Aturan itu rupanya memicu kegelisahan para pengecer. Usaha mereka yang sudah geluti sejak lama, terancam gulung tikar.
“Gak tahu, kemungkinan tutup. Gak jualan bensin eceran lagi,” kata Ati, pedagang bensin eceran di Kecamatan Bongas, Jumat (1/7).
BACA JUGA:Rakerda PAN Indramayu Rekomendasi 5 Nama Capres dan 1 Cagub Jabar 2024
Sejatinya ungkap dia, tanda-tanda usaha jualan bensin eceran bakalan berakhir sudah terasa sejak pihak SPBU melarang pembelian dengan menggunakan wadah berupa jeriken.
Sesaat usai pemerintah menetapkan kenaikan harga pertamax menjadi Rp12.500 per liter pada 1 April 2022 lalu.
“Sejak itu beli pertalite sudah sulit. Makanya sekarang jualan bensin pertamax aja. Tapi modalnya kudu gede sedangkan keuntungan hampir sama dengan jual pertalite. Terus yang beli pertamax juga jarang. Harganya kemahalan mungkin, kita jual Rp15 ribu seliter,” terangnya.
Yudi, pedagang BBM eceran dengan menggunakan media botol menambahkan, berbeda dengan pertalite, pihak SPBU masih memperbolehkan pembelian jenis pertamax.
BACA JUGA:Rudal Paksa Anak di Bawah Umur, Mantan Kades Diamankan
Namun demikian, penjualan pertamax eceran nyatanya kurang diminati. Pelanggannya malah memilih beralih membeli langsung ke SPBU atau Pertashop yang mulai menjamur.
“Pembeli berkurang. Mau jual pertalite eceran sudah sulit, jual pertamax harganya dibilang mahal. Banyak yang langsung beli di pom bensin karena selisihnya lumayan Rp2500 dibanding eceran,” keluhnya. (kho)
BACA JUGA:Ashanty Beri Pengakuan Mengejutkan Soal Hubungannya dengan Raul Lemos. Ada Apa?