Bebaskan Biaya Sekolah, Sediakan Susu dan Makan bagi Pelajar (2)

Bebaskan Biaya Sekolah, Sediakan  Susu dan Makan bagi Pelajar (2)

Sektor pendidikan menjadi prioritas utama di Thailand. Salah satunya membebaskan seluruh biaya pendidikan bagi pelajar tingkat TK hingga SMA. Bahkan kebutuhan perlengkapan sekolah hingga kebutuhan makan juga ditanggung oleh pemerintah. Sepertia apa kondisi sekolah di sana? SETELAH seharian rombongan melakukan perjalanan Jakarta-Bangkok, dan menginap di Dynasty Hotel, keesokan harinya, kami bersama para juara Bintang Pelajar Ranking Satu Radar Indramayu 2019, langsung melakukan kunjungan di Sainkongdin School, Bangkok. Pukul 06.00 waktu setempat, kami mulai menyiapkan diri. Terpancar wajah-wajah ceria penuh optimisme dari para sang juara, beserta pendampingnya. Mereka adalah  Syahrul Hidayat Iman (SDN 2 Juntikebon Kecamatan Juntinyuat), Marsya Amelia Azzahra (SDN 6 Margadadi Kecamatan Indramayu), Fazriyah Hairunisah (SDN 2 Rancahan Kecamatan Gabus Wetan), Hanysah (SDN 6 Gunungsari kecamaran Sukagumiwang) dan Frinca Destya Arum (SDN 1 Sukra Kecamatan Sukra). Sedangkan pendamping yang ikut adalah Jojo Sudirjo selaku Kepala SDN 2 Juntikebon, Ketua K3S Indramayu Untung SPd, dan Sumiyati sebagai Kepala SDN 6 Gunungsari Kecamatan Sukagumiwang. Tak sulit bagi kami untuk mencari makanan yang halal, sesuai syariat Islam sesuai keyakinan kami. Karena wilayah yang dikunjungi, merupakan salah satu distrik dengan mayoritas penduduk yang beragama Islam. Makanya para pelajarnya juga banyak dari keluarga besar muslim di sana. Perjalanan dari hotel kami menginap dengan Chairman of Sainkongdin School Bangkok, bisa ditempuh dalam waktu satu jam. Tepat pukul 08.00, kami bersama rombongan sampai di sekolah yang dituju. Betapa terkejutnya kami, karena disambut pihak sekolah serta Dewan Pengawas Departemen Kota Bangkok. Diantara yang menyambut rombongan adalah Premjai Bunprasom (Educations Supervisor Bangkok Metropolitant), Paitoon Poomchor (Director of Suraosaikongdin School), Wanlaya (Vice Director Academic), Suralak Chetha (Vice Director Budget our Finance), Suwat Pueanchok (Vice Director Human Resources) serta Sira Maium (Vice Director Building Departement). Kami benar-benar terharu dengan sambutan hangat penuh keakraban, yang dilakukan pihak sekolah serta Dewan Pengawas Departemen Kota Bangkok. Upacara seremonial bahkan dilaksanakan, layaknya kunjungan bilateral antar pemimpin negara. Seluruh rombongan studi banding, disematkan bunga di masing-masing saku baju. Dan kami pun satu per satu naik ke sebuah panggung, untuk memberikan sambutan ataupun sekedar menyapa dengan menggunakan bahasa Inggris, meskipun hanya sepatah dua patah kata. Selanjutnya kami mengenalkan satu persatu rombongan yang kami bawa dengan bahasa Inggris di atas panggung yang telah sediakan. Hal ini di luar dugaan kami, mereka menyambutnya dengan penuh penghormatan. Sainkongdin School Bangkok merupakan salah satu sekolah dengan jumlah 1.643 siswa beragama Islam, hingga mencapai 90 persen. Sementara sisanya merupakan pemeluk ajaran Buddha, agama mayoritas di Negeri Seribu Pagoda. Disini, pihak sekolah telah menyediakan pendidikan berjenjang. Dari Taman Kanak-kanak (TK), hingga tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sedangkan jumlah guru sebanyak 83 orang dari masing-masing disiplin ilmu yang ada. Sainkongdin School Bangkok menerapkan sistem pembelajaran full day school. Mereka masuk untuk memulai proses kegiatan belajar mengajar pukul 08.00, dan mengakhirinya pada pukul 16.00 Kami pun sengaja pagi sudah sampai di sekolah tersebut, untuk melihat secara langsung kegiatan siswa pada pagi hari, sebelum belajar dimulai.  Setiap hari mereka diwajibkan untuk mengikuti upacara bendera dan menyanyikan lagu-lagu wajib Thailand, untuk menanamkan jiwa nasionalisme dan semangat patriotisme di kalangan siswa, tanpa kecuali. Dengan khidmat, mereka wajib menghormati Trairanga, bendera negara Thailand yang berarti bendera tiga warna; merah, putih dan biru. Begitupun setelah pelajaran usai. Sebelum pulang, siswa juga wajib melakukan upacara penurunan bendera Trairanga. Bahkan, diselipkan untuk mendoakan keluarga besar sang raja supaya diberikan kesehatan lahir batin. Rasa kagum kembali menyeruak, saat kami melihat deretan ruang kelas di Sainkongdin School. Bersih dan asri. Setiap ruangan, ditata sedemikian rupa dengan penempatan tempat sampah yang sangat representatif. Hingga tak sehelai sampah pun yang bisa kami dapati. Karena disini, siswa memang telah ditanamkan dan diajarkan sejak dini budaya hidup sehat dan bersih dengan tidak sembarang membuang sampah. Inovasi pelajar benar-benar dituntut dan ruangan sekolah juga tidak membosankan. Kami melihat setiap rungan sekolah dibikin nyaman, ada gambar-gambar yang menarik dengan warna warni. Sehingga mereka merasa nyaman berada di ruang sekolah. Sainkongding School Bangkok sangat religius. Tidak hanya mengajarkan sisi akademik. Sekolah ini pun mengutamakan moralitas yang menjadi pondasi kehidupan generasi penerus bangsa. Siswa TK hingga kelas 3 SD telah dikenalkan sejak dini untuk salat berjamaah. Sementara siswa kelas 4 SD hingga tingkatan SMP, mereka diwajibkan untuk melaksanakan salat secara berjamaah. Yang membandel pun akan diberikan sanksi dan hukuman, dengan membersihkan halaman sekolah. Sistem pendidikan di Thailand, khususnya di sekolah negeri adalah bebas biaya dan pungutan. Tak hanya perlengkapan sekolah berupa buku-buku dan alat tulis, kebutuhan makan pagi hingga makan siang pun telah disiapkan. Pihak sekolah bahkan memberikan uang saku untuk seluruh siswa tanpa kecuali. Seluruhnya ditanggung oleh Pemerintah Thailand, sebagai pemangku kebijakan dalam upaya mencerdaskan warga negaranya. Bahkan, yang lebih utama lagi adalah pelajar setiap hari diberikan minuman susu segar dengan vitamin yang tinggi guna menjaga kesehatan dan daya tubuh. Yang paling menonjol proses pembelajaran di Sainkongdin School Bangkok adalah persentase antara teori pembelajaran di kelas dengan praktik aplikasi di lapangan. Disini, persentase pembelajaran secara teori hanya 20 persen. Sisanya merupakan pemahaman dan pendalaman teori melalui praktik di lapangan. Untuk kelas 1 SD saja, Thailand mewajibkan siswa untuk belajar komputer. Satu siswa satu komputer. Dengan dukungan sarana dan prasarana yang sangat representatif, Pemerintah Thailand melalui Departemen Pendidikan mengirimkan guru dan staf pengajar khusus yang ahli di bidangnya masing-masing. Tidak seperti di Indonesia, Negeri Gajah Putih sama sekali tidak mengenal guru honorer. Seluruh rekruitmen tenaga pendidik, dilakukan oleh pemerintah melalui seleksi khusus. Mereka yang lulus ujian, baru bisa menjalankan tugasnya sebagai tenaga pendidik. Tentunya dengan tunjangan kesejahteraan yang sangat jauh dibandingkan dengan tenaga honorer di Indonesia. Untuk tenaga honorer di sana itu sama mendapat gaji sesuai dengan jenjang pendidikan yang dimilikinya . Untuk diketahui, tenaga pendidik yang dikirim ke sekolah-sekolah di Thailand sebagian besar adalah guru eksakta dan guru-guru untuk penguasaan keterampilan serta bahasa asing. Guru mata pelajaran matematika, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan keterampilan serta guru bahasa Inggris, sengaja disediakan oleh Departemen Pendidikan Thailand untuk mengisi pelajaran di setiap sekolah. Tujuannya satu. Menyiapkan sumber daya manusia yang handal dan berkompeten di era persaingan global. (bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: