Stok Gabah Minim, Harga Beras Naik

Stok Gabah Minim, Harga Beras Naik

INDRAMAYU-Memasuki musim paceklik di awal tahun baru, harga beras di pasaran mulai merangkak naik. Kenaikan dipicu menipisnya stok gabah yang dimiliki oleh petani. Salah seorang pedagang beras, Jani menyebutkan, semua jenis baras mengalami kenaikan meski tidak terlalu banyak yakni berkisar Rp500-Rp1.000/kg. Harga beras kualitas medium misalnya, dari Rp10.000 menjadi Rp10.500 sampai Rp11 ribu/kg. “Sekarang naiknya masih sedikit, tapi tak lama lagi bakal melonjak kayaknya,” duga Jana kepada Radar Indramayu, kemarin (7/1). Dugaan itu bukan tanpa alasan. Tingginya harga beras terdongkrak oleh semakin melambungnya harga gabah. Saat ini saja, gabah kering giling mencapai Rp6.500/kg. “Nah, beras yang dijual sekarang ini dari stok yang lama, naiknya masih wajar. Gak tahu kalau giling gabah baru, pastinya harga ikutan tinggi ngikutin gabah,” ungkap dia. Pedagang beras lainnya, Dirta mengungkapkan, persediaan gabah di tingkat petani  memang langka menyusul kegagalan panen pada musim tanam kali kedua akibat serangan hama tikus. Keadaan itu adalah ujian berat bagi petani. Sebab, harapan untuk menikmati hasil panen bagai angan-angan belaka. Alih-alih mendapat untung berlimpah, para petani justru rugi karena gagal panen. Sekitar 70 persen gabah hasil panen rusak lantaran diserang hama tikus. “Kasihan petani yang panennya belakangan. Sebau cuma dapat sekarung. Sisanya habis dimakan tikus. Stok gabah langka, kami pedagang juga ikut kelimpungan,” katanya. Sebagai pedagang kecil, dia mencoba untuk menahan kenaikan harga beras jualannya tidak terlalu tinggi. Siasatnya dengan menggiling gabah simpanan ketimbang membeli gabah yang baru hasil panen. “Gak apa-apa untung sedikit daripada pelanggan keberatan harganya naik,” tutur dia. Namun, menurutnya, kenaikan harga beras yang dijual oleh para pedagang lokal masih tahap wajar. Mereka tidak terlalu berharap untung besar, yang terpenting usaha lancar. Berbeda dengan pedagang di kota-kota besar yang mengandalkan kiriman beras dari daerah. Mereka cenderung menghitung untung, rugi serta resiko secara teliti karena melibatkan modal yang tidak sedikit. “Padahal harga beras disini masih wajar-wajar saja, tapi di kota-kota malah melonjaknya tidak ketulungan,” katanya dengan nada heran. Namun diakuinya, turun naiknya harga beras dan gabah bergantung siklus. “Di saat kondisi seperti ini, harganya cenderung bakalan naik karena sebagian besar petani baru memulai musim tanam,” pungkasnya. (kho)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: