Giliran Obat untuk Pertanian Naik Harga

Giliran Obat untuk Pertanian Naik Harga

INDRAMAYU-Sudah jatuh tertimpa tangga. Begitulah nasib miris yang dialami para petani di wilayah Kecamatan Anjatan dan Patrol. Sudahlah pupuk urea bersubdisi langka, dan terancam krisis air, kini hidup mereka makin tertekan oleh kenaikan harga obat-obatan pertanian. Baik insektisida maupun pestisida. “Harga obat-obatan pertanian semuanya naik, ada yang naik Rp10 ribu sampai Rp20 ribu perbotol,” ungkap Yoyo, petani asal Kecamatan Anjatan, Minggu (23/8). Obat-obatan pertanian lagi dibutuhkan petani menyusul mulai adanya serangan hama dan organisme pengganggu tanaman (OPT). Selain faktor alam, serangan hama dimungkinkan akibat telatnya pemberian pupuk urea. “Belum sampai masif, tapi harus dicegah. Jangan sampai serangan kian parah,” kata Yoyo. Lebih lanjut, dikatakan Yoyo, melonjaknya harga obat insektisida dan pestisida, membikin pengeluaran petani di musim tanam gadu kali bertambah. Bisa mencapai dua kali lipatnya jika dihitung dengan pembelian pupuk urea nonsubsidi yang seharga Rp600 ribu per kuintal. Sementara, upah buruh tanam serta bayar traktor sudah naik duluan. Belum lagi biaya operasional untuk pompanisasi. “Dalam kondisi normal modal petani di kisaran Rp7-8 juta per hektare. Sekarang, bisa sampai dua kali lipatnya. Kalau harga gabah nanti sampai jatuh sampai di bawah Rp500 ribu per kuintal, kami petani terancam bangkrut,” keluhnya. Petani lainnya, Cari mengaku, tak habis pikir masih terjadinya kelangkaan pupuk urea subsidi. Sebab, meski disebut hilang, kenyataannya pupuk subsidi masih bisa didapat walau harganya di atas HET. Dari informasi yang didapatnya, petani sampai membeli pupuk urea subsidi di kisaran harga Rp250-300 ribu per kuintal. Padahal sesuai HET, harganya Rp180 ribu sekuintal. “Katanya langka, tapi ada yang bisa dapat pupuk urea subsidi dibeli sampai harganya Rp300 ribu sekuintal. Berarti pupuknya kan sebenarnya ada. Gak hilang. Jadi ini ada apa sebenarnya?,” ucapnya penuh tanya. Karena itu, ia bersama petani lainnya mendesak pihak berwenang secepatnya melakukan investigasi. Hingga bisa ditemukan, penyebab pasti terjadinya kelangkaan pupuk subdisi. (kho)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: