Polri Geledah Kantor Kementerian ESDM, Diduga Ada Korupsi Lampu Jalan Tenaga Surya

Polri Geledah Kantor Kementerian ESDM, Diduga Ada Korupsi Lampu Jalan Tenaga Surya

DISALAHGUNAKAN: Salah satu titik lampu penerang jalan. Dittipidkor Bareskrim Polri melakukan penggeledahan di kantor Direktorat Jenderal EBTKE Kementrian ESDM terkait kasus dugaan korupsi pengadaan PJUTS.-JAWA POS-RADAR INDRAMAYU

JAKARTA, RADARINDRAMAYU.ID - Direktorat Tindak Pidana Korupsi (Dittipidkor) Bareskrim Polri melakukan penggeledahan di kantor Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementrian ESDM, Menteng, Jakarta Pusat. Penggeledahan terkait kasus dugaan korupsi pengadaan Penerang Jalan Umum Tenaga Surya (PJUTS).

"Betul (penggeledahan di Ditjen EBTKE)," ujar Wadirtipidkor Bareskrim Polri Kombes Arief Adiharsa saat dikonfirmasi soal penggeledahan itu, Kamis (4/7).

Arief mengatakan, dugaan korupsi itu terjadi pada 2020 lalu. PJUTS merupakan proyek pemerintah yang dikelola oleh Ditjen EBTKE Kementerian ESDM. Arief belum merinci lebih dalam mengenai perkara tersebut. Saat ini proses penyidikan masih berjalan.

"Lokasi proyek nasional (banyak titik di seluruh Indonesia) yang dibagi menjadi wilayah barat, tengah dan timur. Status saat ini sudah penyidikan adalah yang di wilayah tengah," jelasnya.

BACA JUGA:Portugal vs Prancis: Duel Eropa Sesungguhnya

Arief menuturkan saat ini pihaknya tengah melakukan penyidikan perihal kasus dugaan korupsi pengadaan PJUTS itu. Namun dia belum merinci lebih detail mengenai perkara tersebut.

"Pada pokoknya (pengusut kasus) terkait dengan penyimpangan yang diduga merupakan tindak pidana korupsi dalam proses pengadaan dan pelaksanaan proyek penerang jalan umum tenaga surya tahun 2020 di Ditjen EBTKE Kementerian ESDM," jelas Arief.

"Lokasi proyek nasional (banyak titik di seluruh Indonesia) yang dibagi menjadi wilayah barat, tengah, dan timur. Status (kasusnya) saat ini sudah penyidikan adalah yang di wilayah tengah," sambungnya.
Lebih jauh dia mengungkap nilai kontrak proyek itu di wilayah Indonesia tengah mencapai ratusan miliar rupiah. Adapun taksiran kerugian negaranya mencapai Rp64 miliar.

"Untuk nilai kontrak wilayah tengah saja sekitar Rp108 miliar. Dugaan sementara nilai kerugian sekitar Rp64 miliar, saat masih dalam proses perhitungan oleh ahli," pungkas Arief. (rc)

BACA JUGA:BSI - ITB Luncurkan BSI Deposito Wakaf untuk Masjid di Cirebon

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: