Orang Baduy Dalam pun Ikuti Kasus Vina
CEO Radar Cirebon Group Yanto S Utomo di pedalaman Banten. Foto atau gambar diambil saat berada di Kampung Baduy Luar. -dok-RADAR INDRAMAYU
BACA JUGA:Iwan Fals: Kiat Tetap Bugar dan Bersemangat di Usia Kepala Enam
Jika digunakan untuk kejahatan, menurut Ayah, akan kembali kepada dirinya. Walaupun gobang itu yang menggunakan kejahatan adalah orang lain. “Itu keyakinan kami,” tegas Ayah.
Rombongan dari Cirebon ke Cibeo dipimpin oleh Yunus HD. Dia selain menjadi komandan Cirebon Cycling Club (CCC) juga pemilik showroom Mobil 88 Parujakan. Dia juga sesepuh di penghobi motor besar (moge) Cirebon.
Untuk ke Cibeo rombongan dari Cirebon memulai perjalanan dari Terminal Ciboleger. Terminal ini masuk wilayah Bojong Menteng, Leuwidamar, Lebak. Terminal ini juga salah satu gerbang menuju lokasi pemukiman Suku Baduy Luar dan Suku Baduy Dalam.
Dari terminal tersebut untuk sampai di Cibeo Baduy Dalam, harus menempuh perjalan 5 jam. Jaraknya memang tidak jauh, sekitar 10 km. Hanya karena kontur tanahnya yang naik turun, membuat jarak tempuh sangat lama.
BACA JUGA:Syahnaz Sadiqah Bersiap Menunaikan Ibadah Haji dengan Penuh Kesungguhan
Untuk sampai Cibeo, harus memlalui 9 perkampungan Baduy Luar. Juga harus melalui banyak jembatan gantung dari bambu dan jalan tanah berbatu. Pemandangan di sepanjang perjalanan memang sangat indah. Sungai-sungai yang airnya putih jernih, dan pepohonan bambu dan rumah-rumah penduduk Baduy Luar.
Antara Baduy Luar dan Baduy Dalam di jalur itu dibatasi Sungai Ciujung. Di atas sungai ini terdapat jembatan bambu sepanjang kurang lebih 20 meter. Usai nyeberang jembatan Sungai Ciujung, sudah berlaku aturan di Baduy Dalam. Di antaranya tidak boleh mengambil foto dan video. HP saya pun langsung saya masukkan ke dalam tas yang dibawa Sayuti.
Sebelum sampai ke pemukiman warga Cibeo, harus melalui tanjakan panjang dan lumayan tinggi. Oleh para pendatang disebut tanjakan cinta. Setelah turunan dari tanjakan tersebut, tak jauh sudah terlihat Kampung Cibeo.
Pada hari hari Sabtu lalu itu, informasi yang diperoleh, ada 1000 orang pengunjung di Cibeo. Sebagian besar mereka bermalam di kampung ini. Sebagian lagi langsung kembali atau bermalam di Kampung Baduy Luar.
Kampung Cibeo memiliki 170 kepala keluarga (KK). Dihuni oleh 600 warga Baduy Dalam. Dimpimpin oleh seorang kepala suku yang disebut Pu’un. Semua warga di sana harus taat dengan aturan Pu’un.
Ada beberapa sebutan bagi warga asli Cibeo. Para lelaki beristri biasanya disebut Ayah. Bagi wanita baik yang beristri atau belum, dipanggil Ambu. Kemudian anak laki-laki disapa Aceng.
Bagi warga pendatang pun juga harus taat dengan aturan setempat. Selain tidak boleh mengambil gambar, foto atau video, bila mandi dilarang menggunakan sabun. Sikat gigi boleh, tapi dilarang menggunakan pasta gigi.
Semua pendatang harus mandi dan buang air di sungai yang telah ditentukan. Tidak boleh dekat hulu. Hanya keluarga Pu’un yang boleh mandi di hulu sungai dan dekat hutan lindung.
Pengunjung bermalam di rumah-rumah penduduk. Rumah-rumah yang luas dan bentuknya hampir sama itu bisa menampung hingga 20 orang. Makan dan minum juga di rumah-rumah tersebut. Gelasnya pun terbuat dari bambu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: