Syukuran Hasil Panen, Warga Cikeleng Gelar Hajat Bumi Potong Kerbau

Syukuran Hasil Panen, Warga Cikeleng Gelar Hajat Bumi Potong Kerbau

TRADISI: Masyarakat Desa Cikeleng, Kecamatan Japara, menggelar tradisi Hajat Bumi di kompleks pemakaman umum Rama Buyut Cikeleng sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah, Kamis (30/5).-Agus Sugiarto-Radarkuningan.com

KUNINGAN, RADARINDRAMAYU.ID – Untuk mengungkapkan rasa bersyukur atas hasil panen yang melimpah masyarakat Desa Cikeleng, Kecamatan Japara, menggelar tradisi Hajat Bumi di kompleks pemakaman umum Rama Buyut Cikeleng, Kamis (30/5).

Tampak sejak pagi hari warga mulai anak-anak hingga dewasa berduyun-duyun mendatangi areal pemakaman dengan mengenakan pakaian terbaik mereka. Beberapa di antaranya tampak membawa "tetenong" atau wadah berisi nasi beserta lauk pauk hasil bumi seperti ikan, daging dan sayuran untuk dibagikan dan dimakan bersama.

Ketua panitia Uki menerangkan bahwa adat tradisi hajat bumi merupakan wujud syukur kepada Allah SWT atas limpahan hasil panen. Sekaligus bubuka bagi masyarakat Desa Cikeleng yang akan menyelenggarakan khitanan maupun nikahan.

Tradisi Hajat Bumi diawali dengan penyembelihan seekor kerbau yang sehat dan montok. Berbeda dengan acara sedekah bumi masyarakat pesisir pantai, di acara tradisi Hajat Bumi warga Cikeleng ini tak ada bagian tubuh kerbau tersebut yang dilarungkan atau dipersembahkan untuk roh leluhur mereka melainkan semuanya kembali dibagikan kepada warga.

BACA JUGA:Job Fair di SMKN 1 Majalengka, Dari 23 Perusahaan Loker Pria Cuma 10 Persen

Melansir dari radarkuningan, Uki mengatakan bahwa,"Menyembelih seekor kerbau pada acara Hajat Bumi tak boleh diganti dengan hewan lain seperti kambing ataupun sapi. Mungkin karena pada zaman dahulu kerbau adalah hewan yang paling banyak dipelihara warga Cikeleng dan dagingnya yang paling istimewa, sama halnya dengan lauk ikan cucut yang tak boleh terlewat pada acara ini," katanya.

Konon pernah pada zaman dahulu pernah diganti dengan kambing, namun beberapa hari berselang kemudian warga dihebohkan dengan kabar seekor kerbau milik petani mati karena terperosok ke dalam lubang.

"Pada tradisi ini ada pembagian daging kerbau untuk warga yang dibeli seharga Rp14 juta hasil dari rereongan. Daging ini bukan untuk persembahan, melainkan untuk dimakan. Acara diawali dengan tawasulan dan doa-doa sebagai wujud rasa syukur. Pak sekda juga kami kasih daging kerbau,” ungkapnya.

Sekitar pukul 09.00 WIB, acara inti dimulai. Diawali dengan berdoa bersama yang dipimpin oleh seorang tokoh agama setempat di sebuah areal pemakaman tertutup yang di dalamnya terdapat sejumlah makam keramat. Hanya sebagian warga saja yang boleh turut serta berdoa di hadapan sebuah makam terbesar.

BACA JUGA:Antisipasi Geng Motor dan Tindak Kejahatan C3, Kapolres Indramayu Pimpin Langsung Patroli Skala Besar

Menurut Uki, konon makam yang paling besar tersebut adalah makam karuhun yang pertama membuka wilayah Cikeleng dan masih ada keturunan dengan keraton Cirebon namun tak seorang pun tahu nama aslinya sehingga warga lebih mengenalnya dengan nama Rama Buyut Cikeleng.

Setelah memanjatkan doa syukur atas nikmat panen hasil bumi yang melimpah, acara dilanjutkan dengan membagikan tetenong yang berisi nasi dan lauk pauk tadi kepada seluruh warga yang hadir. Sebuah tetenong dibagikan untuk empat hingga lima orang saja untuk dibawa pulang dan dinikmati bersama keluarganya.

Diungkapkan Uki, kegiatan tradisi Hajat Bumi ini merupakan agenda rutin tahunan warga Cikeleng sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atas hasil panen di tahun ini yang melimpah. Selain itu, sekaligus wujud mengenang jasa para leluhur yang telah mewariskan tradisi dan kebudayaan yang kini masih dipegang teguh oleh warga Cikeleng hingga sekarang.

"Acara Hajat Bumi ini digelar setiap tahun setelah musim panen tiba. Tidak ada tanggal atau bulan khusus, namun yang pasti harus dilaksanakan pada hari Kamis Pahing," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: