Gus Miftah vs Kemenag: Ribut Gara-gara Pengeras Suara Masjid dan Musala saat Ramadan

Gus Miftah vs Kemenag: Ribut Gara-gara Pengeras Suara Masjid dan Musala saat Ramadan

Gus Miftah dan Jubir Kemenag Anna Hasbie. -ist-radarcirebon.com

CIREBON, RADARINDRAMAYU.ID - Pendakwah Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah dan Kemenag tengah bersitegang. Hal itu gara-gara pengeras suara masjid dan musala selama Ramadan.

Gus Miftah membandingkan pedoman penggunaan pengeras suara masjid dan musala dengan speaker dangdutan yang tak dilarang, bahkan hingga pukul 01.00 dini hari.

Kemenag pun menyebut Gus Miftah asbun atau asal bunyi dan gagal paham. Lalu, Gus Miftah mengatakan Kemenag baper.

Perlu diketahui, persetetuan ini berawal dari ceramah Gus Miftah di Bangsri, Sukodono, Sidoarjo, Jawa Timur, beberapa hari lalu.

BACA JUGA:Pemkab Siap Proteksi Ribuan RT dan RW

Gus Miftah membandingkan imbauan penggunaan pengeras suara masjid dan musala dengan dangdutan yang menurutnya tidak dilarang bahkan hingga jam 01.00 WIB. Potongan video ceramah Gus Miftah itu juga diunggah di sejumlah media sosial.

Kemenag langsung bereaksi, menyebut Gus Miftah asal bunyi atau asbun dan gagal paham. “Gus Miftah tampak asbun dan gagal paham terhadap surat edaran tentang pedoman penggunaan pengeras suara di masjid dan musalla. Karena asbun dan tidak paham, apa yang disampaikan juga serampangan, tidak tepat,” tegas Juru Bicara Kementerian Agama Anna Hasbie di Jakarta pada Senin 11 Maret 2024.

“Sebagai penceramah, biar tidak asbun dan provokatif, baiknya Gus Miftah pahami dulu edarannya. Kalau gak paham juga, bisa nanya agar mendapat penjelasan yang tepat. Apalagi membandingkannya dengan dangdutan, itu jelas tidak tepat dan salah kaprah,” sambung Anna Hasbie, dikutip dari laman resmi Kemenag.

Menurut Anna Hasbie, Kementerian Agama pada 18 Februari 2022 menerbitkan Surat Edaran Nomor SE. 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala. Edaran ini bertujuan mewujudkan ketenteraman, ketertiban, dan kenyamanan bersama dalam syiar di tengah masyarakat yang beragam, baik agama, keyakinan, latar belakang, dan lainnya.

BACA JUGA:Ingat Kasus Pembunuhan Agen BRILink? Akhirnya Polisi Bongkar Tempat Pelarian AS

Edaran ini mengatur tentang penggunaan pengeras suara dalam dan pengeras suara luar. Salah satu poin edaran tersebut mengatur agar penggunaan pengeras suara di bulan Ramadan, baik dalam pelaksanaan Salat Tarawih, ceramah/kajian Ramadan, dan tadarrus Alquran menggunakan Pengeras Suara Dalam.

“Edaran ini tidak melarang menggunakan pengeras suara. Silakan Tadarrus Alquran menggunakan pengeras suara untuk jalannya syiar. Untuk kenyamanan bersama, pengeras suara yang digunakan cukup menggunakan speaker dalam,” tegas Anna Hasbie.

“Ini juga bukan edaran baru, sudah ada sejak 1978 dalam bentuk Instruksi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor Kep/D/101/1978. Di situ juga diatur bahwa saat Ramadan, siang dan malam hari, bacaan Alquran menggunakan pengeras suara ke dalam,” jelasnya.

Anna menambahkan, edaran ini dibuat tidak untuk membatasi syiar Ramadan. Giat tadarrus, tarawih, dan qiyamul-lail selama Ramadan sangat dianjurkan. Penggunaan pengeras suaranya saja yang diatur, justru agar suasana Ramadan menjadi lebih syahdu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: