Pupuk Pabrik Langka, Ajak Petani Beralih ke Organik

Dulkornen SPdI MM (36) menggeluti pekerjaan yang tak banyak digeluti generasi muda sebayanya. Ia menjadi petani yang mempraktikkan cara bertani organik. Sebagai praktisi, pemuda kelahiran Indramayu 22 Mei 1985 inipun getol mengampanyekan pertanian organik.
KHOLIL IBRAHIM, Sukra
TUNTAS Pilkada Indramayu 2020, rupanya justru membuat Dulkornen makin sibuk. Berbagai kegiatan, baik yang berbau pekerjaan maupun organisasi tak menurunkan aktivitasnya selepas menjadi Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Sukra.
Memasuki musi tanam rendeng, Dulkornen malah makin sibuk berkecimpung di dunia pertanian.
Ketua PK KNPI Kecamatan Sukra ini makin sering bertemu para petani yang bekerja menggarap sawah. Dan mendengar masalah yang tengah dirasakan. Atau berkumpul dengan rekan-rekannya di Kelompok Tani Organik Subur Tani Mandiri, Desa Sumuradem, Kecamatan Sukra.
Ya, Dulkornen merupakan sosok petani milinial yang konsisten mengembangkan pertanian organik di desanya.
Terbaru, pria yang akrab disapa Kornen ini juga menyampaikan mengenai kondisi pupuk untuk ertanian yang dipotong subsidinya oleh pemerintah. Membuat petani kelimpungan.
Tetapi, dia bersama rekan-rekan petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Organik Subur Tani Mandiri, santai-santai saja. “Kami sama sekali tidak khawatir dengan kelangkaan pupuk kimia. Kami telah siap dengan pupuk organik pengembangan kelompok tani kami sendiri secara mandiri,” tuturnya.
Berdiri sejak tahun 2018, Poktan Organik Subur Mandiri kini memiliki jumlah anggota sebanyak 20 orang. Luas wilayah binaan 2 hektare full organik dan 5 hektare semi organik. Dulkornen didapuk sebagai sekretarisnya.
Di bawah binaan CSR PLTU UBJOM Indramayu, kelompoknya sudah bisa memproduksi pupuk organik padat pupuk organik cair (POC), agens hayati serta pestisida nabati untuk penanganan dan pengendalian hama.
Bahan organik padat lebih banyak memanfaatkan limbah rumah tangga. Sedangkan POC menggunakan bahan rempah. “Sudah kami gunakan dan hasilnya panen padi terus meningkat. Contoh di areal sawah saya yang setengah hektare. Dulu hanya dapat 3,9 ton, sekarang sudah mencapai 4,3 ton padi organik,” sebutnya.
Karena itu, diapun terus menggencarkan kampanye kepada para petani khususnya di ring 1 PLTU untuk beralih ke pupuk organik dan meninggalkan pupuk kimia.
Menurut Kornen, tanah di desanya dan juga wilayah lain sudah penuh dengan bahan kimia, dan hasilnya akan stagnan secara terus menerus. “Dengan organik tidak perlu ada subsidi pupuk. Tanah kembali sehat dengan cara-cara alami. Bertani organik juga sangat menguntungkan. Sebab biaya produksi ditekan serendah-rendahnya. Sementara penjualan cukup tinggi. Pendapatan petani jadi meningkat,” jelasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: