Paceklik, Harga Gabah Tembus Rp700 Ribu per Kuintal

Paceklik, Harga Gabah Tembus Rp700 Ribu per Kuintal

MELAMBUNG: Harga gabah pasca musim panen gadu melambung tinggi, kemarin. Di tingkat petani harganya menembus Rp700 ribu per kuintal.-KHOLIL IBRAHIM-RADAR INDRAMAYU

INDRAMAYU, RADARINDRAMAYU.ID - Memasuki musim paceklik, harga Gabah Kering Giling (GKG) melambung tinggi. Di tingkat petani harganya menembus Rp6700-Rp7000 per kilogram atau Rp700 ribu per kuintal, bergantung varietasnya. Harga itu melonjak dibanding saat musim panen padi berlangsung yang masih dikisaran Rp5500-6000 sekilo.

Meski demikian, para tengkulak maupun bandar gabah masih tetap berani membelinya. Mereka sampai door to door mendatangi rumah-rumah petani.

Sebab melonjaknya harga gabah dibarengi dengan kenaikan harga beras. Selain itu, diprediksi sampai dengan awal tahun depan, harganya bakal terus terkerek.

“Harganya lagi bagus sekarang. Kita berani beli karena harga berasnya juga naik, dan kemungkinannya harga gabah akan terus naik. Kan musim panen rendeng masih lama,” kata Nurohman, bandar gabah asal Kecamatan Anjatan, Selasa (29/11).

BACA JUGA:Sudah 7 Tim Lolos ke 16 Besar Piala Dunia. Ada Amerika Serikat dan Senegal

Kenaikan harga gabah, ungkapnya, dipicu telah berakhirnya musim panen gadu di berbagai wilayah di Kabupaten Indramayu. Membuat produksi gabah menjadi berkurang.

Simpanan petani juga menipis untuk memenuhi kebutuhan hidup serta modal musim tanam rendeng. Kondisi itulah yang menyebabkan harga gabah menjadi naik.

"Harga gabah tinggi karena panen telah selesai, sementara stok di petani menipis. Kita saja nyari sampai susahnya minta ampun,” ucap dia.

Nurohman menjelaskan, harga gabah berbeda-beda bergantung asal wilayahnya. Gabah dari Kabupaten Indramayu dikenal paling tinggi lantaran kualitasnya. Demikian pula di Bumi Wiralodra, harga gabah tidak bisa disama ratakan di setiap wilayah kecamatan.

BACA JUGA:Tinjau Bendung Rentang, Berharap Tak Ada Lagi Persoalan Air

“Harga gabah di setiap kecamatan beda-beda. Kaya dari Gantar sama Anjatan atau Bongas itu beda. Bergantung kadar airnya atau rendemen yang berpengaruh pada mutu beras giling,” terangnya.

Bandar gabah lainnya, Rusnadi membenarkan. Bahkan, katanya, langka dan mahalnya harga gabah membuat sejumlah pabrik penggilingan padi di wilayah pantura Kabupaten Indramayu bagian barat (Inbar) setop beroperasi.
Di kawasan sentra industri beras wilayah Kecamatan Anjatan misalnya. Sebagain besar pabrik disana sudah tidak berproduksi.

Hanya tersisa beberapa pabrik besar, itupun dengan kapasitas produksi sangat terbatas. “Mayoritas tutup, tidak beroperasi. Gabahnya lagi mahal dan langka,” tandasnya.

BACA JUGA:Wow, Ternyata Dewi Perssik Kuat Tiga Jam Lo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: