Harga Rajungan Anjlok, Nelayan Kesulitan Bayar Utang

Harga Rajungan Anjlok, Nelayan Kesulitan Bayar Utang

ilustrasi rajungan--

Radarindramayu.id, PATROL-Nasib nelayan tradisional di pesisir pantai utara Desa Bugel-Sukahaji, Kecamatan Patrol lagi di ujung tanduk. Penyebabnya, harga rajungan tak kunjung naik.

Sudah berbulan-bulan lamanya, harga rajungan masih di kisaran Rp35-50 ribu per kilogram. Padahal saat lagi mahal-mahalnya, harga rajungan bisa tembus Rp100-125 ribu sekilo.

Kondisi ini membuat mayoritas nelayan di dua desa bertetangga itu tak memperoleh keuntungan dari hasil melaut.
Malah kebanyakan rugi, tak mampu menutupi biaya operasional imbas naiknya harga BBM subsidi. Sebagian merekapun sampai tak mampu membayar cicilan hutang.

Ketua TPI Desa Sukahaji, H Thamrin mengakui kondisi itu. “Memang kondisi nelayan kami lagi sulit. Hampir enam bulan lebih harga rajungan stagnan. Gak naik-naik. Jangankan setor cicilan, buat makan saja susah,” katanya, Rabu (12/10).

BACA JUGA:Program Kejar Paket Gratis, Camat: Laporkan jika Ada Oknum yang Meminta Uang

Thamrin membenarkan, banyak nelayan yang macet membayar angsuran hutang. Baik di bank resmi maupun yang keliling. Seiring belum membaiknya harga rajungan. Bantuan pemerintah berupa BLT, tak banyak menolong.

“Banyak yang ngeluh ke kita juga. Kalau di bank resmi sih kita bisa ikut jelasin kondisinya memang lagi sulit. Minta keringanan lah. Untuk bank keliling, sebisa-bisa mereka saja kasih alasan,” ujarnya.

Dia memprediksi, kondisi seperti ini bakal berlangsung lama. Menyusul belum adanya tanda-tanda kran ekspor rajungan kembali dibuka.  

Sebagaimana diketahui, hasil tangkapan rajungan nelayan biasanya dipasarkan untuk ekspor ke luar negeri.
Ditambah lagi, sebulan dua bulan kedepan bakal memasuki musim baratan. Otomatis mayoritas nelayan ramai-ramai turun jangkar.

BACA JUGA:Kiki Arindi Dilantik Jadi Anggota DPRD Indramayu, Tiga Mantan TA Dedi Wahidi Masuk Legislatif

Karena itu, menurutnya, pemerintah semestinya turun tangan. Yakni dengan mencarikan alternatif pekerjaan lain bagi para nelayan disaat kondisi sulit seperti ini.

Semisal mempekerjakan mereka di proyek pemerintah maupun swasta. “Sebagai buruh kasar, upahnya seratus ribu sehari juga mereka mau. Asalkan ada pendapatan. Tidak cukup dengan BLT, paling seminggu habis,” tandasnya.

BACA JUGA:Resmi Berakhir! Ini Pemenang YGEC 2022 yang Berhasil Membawa Motor Yamaha Gear 125

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: