Warga Desak Normalisasi Kali Pembuangan

Warga Desak Normalisasi Kali Pembuangan

BUTUH NORMALISASI: Sejumlah kali pembuangan di wilayah Inbar harus dinormalisasi untuk mencegah terjadinya musibah banjir.-KHOLIL IBRAHIM-RADAR INDRAMAYU

Radarindramayu.id, ANJATAN - Vital namun tidak dianggap penting. Itulah nasib kali pembuangan. Sesuai namanya, kali pembuangan difungsikan untuk mengalirkan limpahan hujan maupun air limbah rumah tangga.

Tapi sayangnya, kurang mendapat perhatian. Tak hanya oleh pemerintah, tapi pula oleh masyarakat.

Lantaran tidak dianggap penting, banyak kali pembuangan di wilayah barat Kabupaten Indramayu yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi maupun pusat itu tidak terurus.

Bahkan banyak yang sudah beralih fungsi. Seperti menjadi tempat pembuangan sampah ilegal sampai berdiri bangunan liar.

BACA JUGA:Bupati Nina Hadiri Acara Unjungan Buyut Kebulen

Sehingga tak mengherankan, kala musim penghujan tiba banjir kerap melanda. Penyebabnya, kali pembuangan tak mampu menampung air hujan lantaran mengalami pendangkalan dan penyempitan.

Salah satu contoh yaitu kali pembuangan plawad yang berada di Desa Kopyah, Kecamatan Anjatan.

Saluran air yang terletak disebelah barat jalan raya Patrol-Haurgeulis kondisinya memprihatinkan, bertahun-tahun lamanya tak pernah dinormalisasi. Lebar kali yang dahulu sekitar 11-12 meter, kini tersisa hanya 4-2 meter.

“Terakhir tahun 2008 lalu dinormalisasi. Waktu saya pertama kali menjadi kuwu,” ucap Kuwu Desa Kopyah, Ramli kepada Radar Indramayu, Selasa (11/10).

BACA JUGA:Semarak Parade Jalan Sehat Anak-anak PAUD

Itupun, ungkap dia, merupakan inisiatif pemerintah desa. Bukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang semestinya memiliki kewenangan.

Karena keterbatasan dana, normalisasi tidak dilakukan secara menyeluruh. Hanya ratusan meter dari panjang kali pembuangan plawad mencapai 2 kilometer.

Menurutnya, saat ini untuk melakukan normalisasi kali pembuangan plawad sangat sulit. Sebab, kiri dan kanan bantaran saluran sudah dipenuhi bangunan liar. Alat berat tidak akan bisa dengan leluasa melakukan pengerukan.

“Kalau dengan cara manual percuma. Buang-buang biaya saja tapi hasilnya tidak optimal. Harus pakai beckhoe. Masalahnya, gak akan bisa lewat. Kiri kanannya sudah penuh bangunan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: