Padi Rebah, Petani Percepat Panen
INDRAMAYU-Petani diwilayah Kecamatan Bongas dan Patrol terpaksa mempercepat masa panen. Ini dilakukan untuk menghindari kerugian lebih besar. Gara-gara cuaca buruk.
Petani khawatir, jika dibiarkan terus-terusan diguyur hujan hingga terendam lumpur, bulir padi akan rusak. “Sebenarnya masih semingguan lagi dipanen, tapi karena banyak yang rebah, terpaksa panen dipercepat,” kata Dama, petani asal Desa Plawangan, Kecamatan Bongas, Senin (7/11).
Dia memperkirakan, luas tanaman padi siap panen yang mengalami rebah mencapai belasan hektare. Robohnya padi lantaran diterjang angin kencang sepanjang seminggu terakhir. Dibarengi intensitas hujan cukup tinggi dan sering. Tanaman padi yang rebah menjadi kotor berlumpur.
Beberapa petani berupaya mengikat setiap rumpun padi agar tidak ambruk. Meskipun sebenarnya kurang efektif. Sebab jika hujan turun disertai angin kencang lagi, tanaman padi bakal ambruk lagi.
Mereka juga melakukan pengeringan lahan agar bulir padi tidak gabuk. Persoalannya, sawah sulit dikeringkan menyusul hujan terjadi hampir setiap hari.
“Yang kadung rusak dan khawatir tambah parah, langsung dipanen walaupun resikonya kualitas gabah turun,” kata dia.
Petani lainnya, Toto menuturkan, rebahnya tanaman padi bisa berakibat fatal jika tidak segera dilakukan antisipasi. Bagi tanaman padinya yang sudah menguning, langsung dipanen meskipun gabah hasil panen dini tidak maksimal dan harganya jauh dibawah harga pasaran.
Dalam kondisi rebah, membuat tanaman padi bakal sulit untuk dipanen. Hal ini terkait dengan teknologi pemanenan. Apalagi saat ini hampir mayoritas petani memanfaatkan jasa tukang grabag yang menggunakan mesin perontok padi.
Para tukang grabag tersebut biasanya enggan melakukan panen apabila tanaman padi dalam keadaan rebah dan basah. Demikian juga bagi para pengepul atau tukang tebas. Mereka cenderung tidak mau terlalu susah dalam memanen padi.
Selain menyulitkan saat panen, dimusim penghujan para petani juga kewalahan ketika menjemur gabah yang masih mengandalkan panasnya sinar matahri.
Mereka harus ekstra kerja keras menyiasati agar proses pengeringan berjalan lancar. “Kalau musim hujan petani kewalahan jemur gabah. Bisa lama. Biayanya jadi membengkak,” ujarnya. (kho)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: