Namun, perbedaan itu juga menuntut proses adaptasi agar semua elemen bisa menyatu dalam satu sistem permainan.
“Ini adalah pertama kalinya saya bermain di timnas senior. Semua pemain datang dari klub-klub besar yang berbeda, jadi masing-masing membawa pengalaman dan kualitasnya sendiri. Karena itu, semuanya harus disatukan agar bisa membentuk tim terbaik,” ujar Kevin Diks.
Ia menegaskan bahwa perbedaan antara klub dan tim nasional adalah hal yang wajar, tetapi kebersamaan yang terus dibangun akan menghasilkan peningkatan performa secara kolektif.
Lebih jauh, Kevin Diks menilai perbedaan budaya dan latar belakang klub justru membantu perkembangan pemain, baik sebagai individu maupun pesepak bola profesional.
BACA JUGA:Solusi Penanganan Banjir Rob, Pemerintah Siap Bangun 'Apartemen Nelayan' untuk Warga Terdampak
Ia percaya bahwa semakin sering Timnas Indonesia berkumpul dan bermain bersama, chemistry akan terbentuk dengan sendirinya.
Proses ini tidak instan, tetapi sangat penting untuk membangun fondasi tim jangka panjang.
Pandangan Kevin Diks sejalan dengan arah pembangunan Timnas Indonesia yang kini mengedepankan pengalaman internasional.
Kehadiran pemain dari berbagai klub kuat bukan hanya meningkatkan kualitas teknis, tetapi juga mental bertanding.
Para pemain terbiasa dengan tekanan tinggi, disiplin taktik, dan standar latihan modern, yang kemudian ditularkan ke dalam tim nasional.
Dari cerita Kevin Diks, pelajaran penting bisa diambil bahwa kekuatan Timnas Indonesia tidak terletak pada satu atau dua nama besar.
Kunci utamanya adalah kemampuan menyatukan perbedaan menjadi kekompakan.
Jika proses ini terus berjalan dengan baik, Timnas Indonesia berpotensi menjadi tim yang tidak hanya kompetitif di Asia Tenggara, tetapi juga diperhitungkan di level Asia.
BACA JUGA:Bulog Indramayu Pastikan Stok Aman dan Harga Beras Stabil Jelang Nataru
Kevin Diks pun optimistis, semakin sering kebersamaan terjalin, semakin baik pula hasil yang akan diraih Garuda ke depannya.