Pengalamannya menangani negara-negara Asia membuatnya sangat memahami dinamika di balik keputusan politik yang kerap menyelimuti sepak bola di kawasan ini.
Reaksi dari publik Asia pun beragam banyak yang mendukung keberanian Queiroz dalam menyuarakan kecurangan sistemik yang sering kali luput dari perhatian.
Di media sosial, tagar #FairPlayForAll sempat menjadi trending di beberapa negara, termasuk Oman, Indonesia, dan Malaysia.
Warganet menilai bahwa jadwal yang timpang bisa sangat memengaruhi performa tim kecil yang tidak memiliki kedalaman skuad seperti tim-tim besar Asia.
BACA JUGA:17 Stan Daerah Buka Pameran Produk Unggulan di PORSENITAS XII Indramayu
Sementara itu, pihak AFC hingga kini belum memberikan tanggapan resmi atas tudingan Queiroz tersebut.
Namun, beberapa sumber internal menyebut bahwa pemilihan tuan rumah didasarkan pada kesiapan infrastruktur dan keamanan, bukan karena alasan politis.
Meski demikian, pernyataan itu belum cukup menenangkan publik yang semakin curiga akan adanya “pengaturan halus” di balik layar.
Bagi Queiroz, masalah ini bukan sekadar tentang Oman, melainkan tentang menjaga integritas sepak bola Asia.
“Kami ingin bersaing secara jujur. Kami ingin menang karena kerja keras, bukan karena jadwal yang sudah disusun untuk menguntungkan pihak tertentu,” tutupnya.
Pernyataan tersebut kini menjadi bahan pembicaraan hangat di berbagai forum sepak bola Asia.
Banyak yang menilai bahwa komentar Queiroz bisa membuka mata AFC untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan di masa depan.
Satu hal yang pasti meski usianya sudah kepala tujuh, Carlos Queiroz masih memiliki api semangat dan keberanian untuk menentang sistem yang dianggap tidak adil.
BACA JUGA:Mobil Berlogo Badan Gizi Nasional Terlibat Kecelakaan Beruntun di Jalur Pantura Losarang
Dan seperti yang pernah dikatakannya saat melatih Real Madrid, “Dalam sepak bola, keadilan tidak datang dengan sendirinya seseorang harus berani memperjuangkannya.”